Nutrisi yang tidak memadai mempengaruhi perkembangan intelektual bayi dan anak-anak. Sebuah studi kecil tahun 2005 yang diterbitkan dalam jurnal Psychology and Behavior, dilansir dari Business Insider menemukan bahwa anak-anak sekolah dasar yang rutin sarapan memiliki memori jangka pendek yang lebih baik daripada siswa yang tidak sarapan.
Dilansir dari Live Strong, The University of Maryland Medical Center menunjukkan bahwa seorang anak yang tidak sarapan akan lebih cepat lelah saat di sekolah, tidak mampu berkonsentrasi, dan kehilangan banyak kesempatan untuk mendapatkan stimulasi kognitif.
Kekurangan zat besi, yodium, dan protein dalam diet anak mengacu pada IQ yang lebih rendah, menurut laporan dari Iowa State University. Selain itu, gizi buruk mengarah pada penurunan rentang perhatian, gangguan memori, kecenderungan untuk terdistraksi, dan memperlambat kecepatan belajar.
Jadi, perlu sarapan atau tidak?
Pada akhirnya, pilihan untuk sarapan atau tidak sarapan kembali lagi pada preferensi pribadi. Jika Anda merasa lapar di pagi hari dan Anda menyukai ide sarapan, lanjutkan saja rutinitas Anda (dan mungkin, pilihlah menu yang lebih sehat daripada makanan cepat saji). Sarapan yang kaya protein adalah yang terbaik.
Namun, jika Anda tidak merasa lapar di pagi hari dan tidak merasa bahwa Anda membutuhkan makan berat di pagi buta, Josh Axe, DNM, dokter spesialis gizi bersertifikat, dilansir dari Men’s Fitness, menyarankan untuk coba memulai dari sesuatu yang kecil, seperti protein shake atau smoothie buah segar, kecilkan porsi makan malam Anda, dan kurangi konsumsi alkohol dan snack “kalori kosong” di malam sebelumnya.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR