"Kita perlu berinvestasi dalam mengurangi bahayanya dan memperbaiki pengobatan agar benar-benar memberi dampak," katanya.
"Karena kita bisa melihat meskipun pemakaian telah berkurang, namun bahayanya masih meningkat," tambah Prof Lee.
Baca juga: Memahami Kecanduan sebagai Penyakit Progresif
Seorang warga bernama Jack Nangle mulai minum minuman keras saat berusia 14 tahun. Pada usia 18 tahun dia sudah kecanduan obat resep dan methamphetamine.
Namun ada permasalahan mendasar lainnya.
"Saya tidak pernah didiagnosis namun saya pasti mengalami psikosis," katanya.
Sekarang di usianya yang ke-26 dan sedang memulihkan diri dari narkoba, dia ingat pernah merasa tidak berdaya dan tidak dapat memutus siklus pemakaian narkoba, depresi dan kegelisahannya.
"Merasa putus asa, tersesat, bingung dan kesepian," katanya.
"Kemudian seluruh perasaan itu berkontribusi pada rasa bersalah dan rasa malu yang terus Anda rasakan dan emosi tersebut terus berlanjut," tuturnya.
"Lalu Anda pun kembali mencari narkoba atau apa pun jenis pelepasan dari rasa sakit itu. Begitulah siklus kecanduan tersebut," jelas Nangle.
Artikel ini sudah ditayangkan sebelumnya di Australiaplus dengan judul Kian Banyak Pemakai Narkoba Alami Gangguan Jiwa
Tak Hanya Cukupi Kebutuhan Gizi, Budaya Pangan Indonesia Ternyata Sudah Selaras dengan Alam
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR