“Hallo, saya Fian, Selamat datang, selamat bergabung,” sapa Arieffian Eko Kurniawan begitu saya tiba di titik kumpul depan stasiun Senen, di bilangan Jakarta Pusat. Terlihat rekan penulis Shelma Aisya, dan fotografer Yul Prasetyo, yang telah tiba terlebih dahulu.
“Nanti teman teman langsung saja ya ke gerbong 2, kita sudah sewa satu gerbong kok. Jadi bebas aja nanti,” lanjut Fian, sambil mengangsurkan tiket. “Oya, kenalin nih, Gugun, nanti dia yang paling banyak tau deh,” ujar Fian kepada kami seraya menunjuk ke arah Adi Gunawan, Senior Analyst Exploration Asset Management Pertamina Hulu Energi, yang berada di sisi kirinya.
Sore itu saya dan rekan akan menjadi bagian dari rombongan besar tim eksplorasi Pertamina Hulu Energi dalam kerja lapangan bertajuk “Unravel Petroleum System of Rembang Zone” di wilayah Cepu, Blora, dan sekitarnya. Kegiatan yang berlangsung pada 23 – 26 Oktober ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagaimana seorang ahli geosains menginterpretasikan batuan bawah permukaan melalui singkapan yang ada di permukaan.
Kereta api Gumarang mulai beranjak dari Stasiun Pasar Senen di pusat Jakarta. Rangkaian kereta yang punya tujuan akhir di Stasiun Pasar Timur, Surabaya, Jawa Timur ini membawa kami menuju Cepu. Beberapa peserta mulai mengedarkan berbagai cemilan yang dibawanya.
“Tampaknya perjalanan ini akan sangat mengenyangkan,” seloroh Yul, sembari mengambil 2 potong martabak mozzarela yang disodorkan oleh panitia. (maklum Yul bilang begini, sebab dia biasa melakukan penjelajajahan dengan anggaran yang terbatas—kalau tak mau dibilang cekak).
!break!
Melintasi stasiun Jatibarang, saya sempat berbincang-bincang dengan Fian, Senior Analyst Exploration Asset Management Pertamina Hulu Energi yang kedapatan bertugas menjadi ketua kegiatan, dan Darmawan Budi Prihanto, Lead Operation G&G Pertamina Hulu Energi, yang untuk keempat kalinya menjadi panitia kegiatan lapangan.
Fian menuturkan, panitia perlu waktu kurang lebih dua bulan untuk mempersiapkan kegiatan lapangan ini. “Mulai dari menentukan konsep geologi yang mau digali, kemudian penentuan tempatnya, lalu dilanjutkan survei lokasi. Kami juga menentukan batuan apa saja yang mau dilihat, apakah sesuai dengan konsep yang akan digali,” jelas lelaki ramah ini.
Fian melanjutkan cerita. Panitia mengedepankan faktor keamanan sebagai syarat utama dalam penentuan lokasi.
“Faktor keamanan juga harus menjadi pertimbangan. Yang utama sebetulnya. Jadi walau secara akademis bagus, tapi secara safety tidak memungkinkan, ya harus kita coret dari daftar. Makanya sampai dua bulan persiapannya. Bolak-balik survei. Kita juga kan bawa nama perusahaan, jadi harus aman. Selain itu pesertanya juga memiliki range umur dan kemampuan yang beda beda. Ada bapak-bapak, ibu-ibu. Harus mempertimbangkan kondisi fisik mereka lah”.
“Kendala utama yang nanti akan kita hadapi adalah cuaca yang panas terik, dehidrasi dan longsor. Karena ada lokasi yang merupakan area penambangan,” tambah Fian.
Tiba tiba Darmi, panggilan akrab Darmawan, menyeletuk “Ada info terbaru nih, di lokasi yang akan kita datangin nanti sudah dikeruk.”
Saya terkejut mendengarnya. “Trus bagaimana mas?” tanya saya.
“Wah, mesti siap-siap nyari bahan lagi nih!” saut Fian sambil tertawa.
Fian melanjutkan, “ya seperti gitu. Seperti kemarin, sebulan kita gak datang, ternyata udah ada bukaan baru dan yang kita lihat sebelumnya sudah hilang. Gak papa kok. Jadi bisa ada yang baru. Malahan lebih bagus.”
!break!Menjadi peserta dalam kegiatan lapangan ini adalah segenap fungsi eksplorasi dari Pertamina Hulu Energi dan beberapa anak perusahaan dengan wilayah kerja di Jawa Timur. Baik dengan latar belakang geoscientist ataupun non geoscientist, senior maupun yunior.
“Karena sistem dalam fieldwork yang kami lakukan bukan yang hanya mendengarkan saja. Tetapi mencoba menggali sudut pandang yang lain. Jadi misalnya yang senior dengan sudut pandang berdasarkan pengalamannya, sementara yunior biasanya lebih textbook. Nah disitu kita ingin ada sharing knowledge. Karena dunia geologi itu dinamis. Apa yang kita lihat sekarang dan apa yang kemudian kita coba lihat lagi dengan data yang baru, sangat mungkin sekali berbeda, ” terang Fian.
Obrolan kami semakin seru. Darmi mendongengkan banyak hal mengenai dunia eksplorasi yang selama ini dilakoninya. Jam terbangnya yang tinggi membuatnya langganan dijadikan panitia. Kepada saya, Darmi membagi suka dukanya dalam mempersiapkan kegiatan lapangan.
“Sebenarnya banyak sukanya. tapi yang paling suka ya kalau semua yang kita siapkan, begitu tiba di lokasi disambut peserta dengan antusias. Apalagi kalau lihat teman-teman sudah berdikusi. Asik sekali. Sampai sulit untuk disuruh berhenti,” cerita Darmi.
“Seperti waktu fieldwork yang lalu” lanjutnya. “Waktu kegiatan yang lalu kita berada di lokasi sungai, sekitar bulan Desember tahun lalu, di daerah Bumiayu. Kalau di daerah pegunungan seperti itu kan biasanya banjirnya banjir bandang. Resikonya tinggi. Jadi ada tim kami yang bertugas mengamati daerah hulu, misalnya ada hujan atau tidak. Memang sih hulu sungainya tidak jauh, karena memang kita pilih yang hulu sungai yang dekat, biar kelihatan.”
“Waktu itu langit sudah mendung. Tim pengamat hulu sungai sudah kasih kode. Sepuluh menit lagi ya. Peserta masih asik diskusi. Belum ada tanda tanda mau mengakhiri diskusi. Peringatan kedua datang. Sepuluh menit lagi kita harus naik. Dan hingga 10 menit kedua berakhir peserta tetap bergeming. Akhirnya harus dihentikan paksa. Hahahaha. Teman-teman eksplorasionis ini tuh kalo udah ketemu batu udah kayak orang sakaw. Apalagi udah diskusi. Gak bisa diberhentiin,” ujar Darmi seraya tertawa. “Nah dukanya, kalau lagi asik eksplorasi, trus kita disuruh pulang deh. Acara sudah selesai. Hahaha.”
!break!Suara petugas melalui pengeras suara memecah obrolan kami. Kereta segera memasuki stasiun Cirebon dan akan berhenti beberapa menit. Kesempatan yang tidak boleh dilewatkan. Kami memutuskan untuk rehat sejenak.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR