Tujuh spesies baru tonggeret termasuk dalam serangga terbesar dan terberat di dunia, menurut sebuah studi baru. Ditemukan hanya di Pulau Madagaskar, serangga ini memiliki “bisep” layaknya binaragawan dan bisa sangat agresif. Dua hal yang sangat tidak diduga pada tonggeret.
"Jika Anda mendekati mereka, mereka akan mencoba meraih Anda dengan kaki depan yang kuat dan menarik jari Anda ke rahang bawahnya untuk memberikan gigitan yang kejam," kata rekan penulis studi, George Beccaloni, mantan kurator tonggeret dan serangga terkait di London’s Natural History Museum.
"Saya belum melihat perilaku defensif seperti itu pada tonggeret lain," tambahnya.
Satu Tempat Persembunyian
Beccaloni dan rekannya mengidentifikasi spesies baru berdasarkan spesimen museum dan sampel yang dikumpulkan dari dua ekspedisi ke hutan kering Madagaskar.
Dalam satu ekspedisi, Beccaloni mencari kecoak, bidang keahliannya, di tempat persembunyian seperti di bawah batu dan kulit pohon yang terkelupas. Saat itulah ia menemukan tonggeret yang cukup aneh, dengan panjang hampir 2,5 inci.
Menurut Beccaloni dalam penelitiannya di jurnal Zootaxa, tonggeret karnivora bisa memakan kecoak, meskipun kedua spesies tersebut tampaknya saling mentolerir.
"Tempat persembunyian seperti itu langka, dan kemungkinan tonggeret dan kecoak membutuhkan tempat tersebut untuk berlindung dari panas dan pemangsa siang hari yang intens," kata Beccaloni.
"Cinta Sejati"
Menariknya, ia menemukan beberapa pasang tonggeret jantan-betina yang sedang “berduaan” sambil beristirahat. Mungkin sebuah petunjuk bahwa serangga itu hidup, katanya.
"Kemungkinan perilaku pasangan monogami yang mungkin dicatat dalam makalah ini tidak diketahui pada jangkrik atau belalang lain [istilah lain untuk tonggeret], sejauh yang saya tahu," Karim Vahed, ahli entomologi di University of Derby di Inggris yang tidak terlibat dalam penelitian ini, menulis dalam sebuah email.
"Beberapa jangkrik menunjukkan pengawalan jangka pendek, di mana si jantan tinggal dengan pasangan barunya selama sekitar satu jam untuk mengusir saingannya,” tambahnya.
Meskipun monogami merupakan kasus langka pada serangga, bukan berarti bahwa hal tersebut tidak pernah terjadi. Misalnya, beberapa kumbang bersatu untuk merawat anak-anak mereka.
Rekan penulis studi, Mustafa Ünal, dari Abant ?zzet Baysal Üniversitesi di Turki mencatat bahwa dengan penjagaan pasangan, si jantan berusaha menjamin kesuksesan reproduksinya sendiri sambil mencegah jantan lain memperoleh akses terhadap pasangan mereka. "Perilaku ini jelas tidak biasa pada kelompok serangga primitif ini,” ucapnya.
Kedua ahli sepakat bahwa perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, seperti menentukan apakah si jantan mengikuti betina di luar tempat bernaung mereka.
Hutan Kering dalam Bahaya
Tampak aneh bahwa sains sekarang hanya mengenali serangga besar dalam konteks seperti itu. Hal ini sebagian disebabkan karena ahli entomologi telah berfokus pada hutan hujan di negara tersebut, dan bukan hutan kering yang menutupi sebagian besar Madagaskar.
"Ini memalukan, karena hutan kering justru lebih tidak biasa dan istimewa. Namun sedikit orang yang tahu tentang hutan kering dan ancaman besar yang dihadapi," kata Beccaloni.
"Beberapa habitat ini, seperti hutan yang berduri, tidak seperti planet lain, dengan pohon baobab, sukulen yang spektakuler, dan pohon gurita,” tambahnya.
Beccaloni juga mengungkapkan, hutan dapat menyusut karena aktivitas manusia, seperti penggundulan hutan.
"Mengingat betapa terancamnya habitat Madagaskar, penting untuk mendokumentasikan semua spesies di sana sebelum mereka menghilang."
Penulis | : | |
Editor | : | Ema Indah Ruhana |
KOMENTAR