Pilih makanan rendah lemak atau rendah karbohidrat? Mentega atau margarin? Minyak alpukat atau minyak kelapa?
Di tengah begitu banyaknya artikel tentang perkembangan riset gizi, kita jadi sulit mengetahui mana makanan berlemak yang harus kita makan, serta seberapa banyak kita boleh memakannya.
Saat ini, penyakit kardiovaskular (CVD) adalah penyebab nomor satu kematian secara global. Sebanyak 80 persen penyakit kronis bisa diredakan dengan diet sehat, hidup tanpa rokok, menjaga berat badan, dan berolahraga teratur.
Dalam menjalani diet sehat, memusatkan perhatian pada nutrien tunggal memang mudah. Ini membantu kita dalam mencegah defisiensi nutrien (contohnya, vitamin C dan skorbut).
Tapi cara itu tidak cukup ampuh sebagai strategi menghindari penyakit kronis. Jika bicara soal lemak, yang harus kita perhatikan adalah pola makan.
(Baca juga: Pemilik Golongan Darah Ini Lebih Berisiko Terkena Serangan Jantung)
Lemak dan penyakit kardiovaskular
Ada banyak penelitian tentang hubungan lemak jenuh (yang terdapat dalam mentega, kulit ayam, produk peternakan, dsb.) terhadap jantung. Tetapi hasilnya kerap bertolak belakang satu sama lain.
Ada yang mengatakan, lemak jenuh tidak ada hubungannya dengan CVD. Namun penelitian ini tidak memperhitungkan nutrien apa yang menggantikan lemak jenuh. Ada pula yang mengatakan risiko CVD bervariasi tergantung pada nutrisi apa yang menggantikan lemak jenuh.
Author provided
Jika Anda memakan lemak trans—yang terkandung di donat, gorengan, minyak terhidrogenasi parsial dan shortening minyak sayur, risiko CVD Anda meningkat dibandingkan makan lemak jenuh.
Tetapi jika Anda makan lemak tak jenuh—kacang-kacangan, biji-bijian, ikan, serta minyak yang cair pada suhu ruangan, terutama polyunsaturated fat seperti minyak sayur—maka risiko CVD Anda berkurang dibandingkan makan lemak jenuh.
Risiko penyakit jantung akibat memakan lemak jenuh kira-kira sama dengan risiko akibat gula atau tepung rafinasi (beras putih, roti putih, dan sereal olahan).
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR