Unicorn adalah makhluk mitologi yang digambarkan sebagai kuda bertanduk. Sebagai makhluk mitologi tentu banyak yang berpikir bahwa hewan ini hanyalah imajinasi atau hanya ada dalam dongeng anak-anak.
Pada Februari 2016, para peneliti mengungkapkan bahwa mereka menemukan fosil unicorn Siberia teranyar. Temuan fosil terbaru itu mengubah pandangan para peneliti.
Selama beberapa dekade sebelumnya, mereka berasumsi bahwa unicorn Siberia tersebut telah punah pada 350.000 tahun lalu. Tapi dari fosil yang ditemukan di Kazakhstan tersebut, mereka menyadari bahwa makhluk luar biasa ini masih ada hingga sekitar 29.000 tahun lalu.
Ini membuktikan bahwa unicorn memang nyata dan menjelajahi bumi selama puluhan ribu tahun yang lalu. Sayangnya, unicorn ini tak seperti yang ada dalam buku dongeng yaitu kuda bertanduk.
(Baca juga: Fosil Sapi Laut Raksasa Tanpa Kepala Ditemukan di Kepulauan Rusia)
Dalam publikasi di American Journal of Applied Science, para peneliti menyebut unicorn yang sebenarnya ini memiliki nama ilmiah Elasmotherium sibiricum. Ia tampak bertubuh besar dan tinggi menyerupai badak modern.
Bedanya, unicorn Siberia ini memiliki tanduk sangat besar di keningnya.
Menurut deskripsi awal, unicorn Siberia memiliki tinggi 2 meter dengan panjang 4,5 meter dan berat sekitar 4 ton. Deskripsi tersebut tentu menggambarkan bahwa makhluk ini lebih mendekati ukuran mamoth (gajah purba) dibandingkan ukuran kuda.
Meski ukurannya sangat besar, hewan ini diperkirakan adalah pemakan rumput.
Perkiraan usia fosil ini (29.000 tahun lalu) dilakukan oleh peneliti dari Tomsk State University, Rusia menggunakan teknik penanggalan radiokarbon.
Berdasarkan ukuran dan kondisi tengkorak yang ditemukan, kemungkinan unicorn Siberia ini jantan yang sangat tua. Sayangnya, penyebab kematiannya tetap tidak diketahui.
Namun yang lebih penting adalah pertanyaan di benak peneliti, bagaimana unicorn ini bertahan lebih lama dari yang meninggal ratusan ribu tahun sebelumnya.
"Kemungkinan besar, bagian selatan Siberia Barat adalah salah satu habitatnya, di mana badak ini bertahan paling lama dibandingkan dengan sisa fosil lainnya," kata Andrey Shpanski, salah satu tim tersebut dikutip dari Science Alert, Senin (25/12/2017).
Penulis | : | |
Editor | : | dian prawitasari |
KOMENTAR