Kucing-kucing ini tampak cukup sehat dan jinak, dengan bulu-bulunya yang bersih dan cukup makanan. Namun rusunnya berukuran kecil dan para tetangganya sudah berkali-kali mengeluh.
"Dia mengaku sebagai pencinta binatang," kata Dr Hasudungan.
"Tapi tempat ini tidak cocok untuk binatang. Semuanya dikurung. Tidak ada sinar matahari di tempat itu," ujarnya.
"Dan bau busuk dari tempat itu, para tetangga bisa menciumya," tambahnya.
Ketika tim Dr Hasudungan mencoba mengambil kucing-kucing itu, Wennypun menangis dan coba melawan, meneriaki para penangkap kucing.
"Mereka bilang saya mengganggu daerah ini tapi bagaimana mungkin? Saya tak pernah mengganggu siapapun dan saya tidak meminta uang dari mereka," katanya.
"Mengapa kalian melakukan ini pada saya? Mereka tidak buang kotoran di lantai. Saya membersihkan kucing-kucingku ini," ujarnya.
"Jika sakit, saya panggil dokter hewan. Mereka kena flu baru-baru ini dan saya memvaksin mereka," kata Wenny.
Akhirnya, para petugas meninggalkan kucing di dalam rusun Wenny namun mengambil yang ada di kandang di luar dan membawanya ke mobil.
Tak pernah berakhir
Saat itu para petugas telah mengumpulkan 43 ekotr kucing.
Mereka membawanya ke pusat karantina dimana kucing tua atau sakit-sakitan dimatikan dan kucing muda yang lebih sehat disiapkan untuk diadopsi.
(Baca juga: Kisah Desa Patemon yang Selamat Dari Krisis Air Berkat Sumur Resapan)
"Pertama-tama kami akan mensterilkan mereka. Kami akan mengebiri yang jantan dan yang betina akan dimandulkan," kata Dr Hasudungan.
"Setelah itu kami akan memvaksinasi mereka terhadap rabies. Kami akan memberi makanan yang layak dan menawarkannya untuk diadopsi oleh mereka yang memiliki rumah yang cocok untuk hewan peliharaan," paparnya.
Dan satu atau dua minggu kemudian tim penangkap kucing akan kembali ke Petamburan untuk menyelesaikan keseluruhan operasi mereka.
Artikel ini pernah tayang di australiaplus.com. Baca artikel sumber.
Sustainability: Kerap jadi Limbah, Kulit Buah Kakao Ternyata Bisa Hasilkan Antioksidan
Penulis | : | |
Editor | : | hera sasmita |
KOMENTAR