Begitu sulit berjalan di ibukota ini tanpa melihat kucing liar di suatu tempat - berkeliaran di sekitar pertokoan atau di halte bus, biasanya mencari makanan sisa.
Beberapa daerah bahkan kondisi lebih buruk. Salah satunya adalah daerah Petamburan yang begitu banyak kucing liarnya.
Kucing-kucing ini bukanlah yang Anda bayangkan yang duduk jinak di pangkuan dan bermanja-manja dengan Anda.
(Baca juga: Hanya Ada Perempuan dan Anak-anak di Desa Adat Korban Perang Ini)
Mereka adalah hewan kelaparan, kudisan, jorok dengan sebagian bulunya yang hilang atau luka segar pada wajah mereka akibat saling cakar dengan sesamanya.
Jakarta memang sudah bebas penyakit rabies sejak 2004. Namun butuh kewaspadaan untuk menjaganya tetap seperti itu.
Di negara berpenduduk mayoritas Muslim di mana anjing tak begitu populer, kucing menjadi ancaman terbesar penyakit rabies. Itu sebabnya petugas kehewanan harus turun, setidaknya dua sampai tiga kali seminggu, untuk menjaga populasi kucing di kota ini tetap terkendali.
"Orang-orang dari daerah lain sering membuang kucing di pasar sini," kata Handono, tokoh masyarakat Petamburan.
"Kucing ini kemudian berkembang biak. Warga pun mulai memberi mereka makan tapi tidak membersihkannya. Kucing-kucing itu pun meninggalkan kotorannya dimana-mana," paparnya.
"Kami khawatir dengan rabies. Jika kucing itu hewan peliharaan maka pemiliknya akan memvaksinasi mereka. Tapi kucing-kucing liar ini tidak divaksinasi," tambah Handono.
ABC Australia mengunjungi Petamburan bersama kepala dokter hewan Jakarta Hasudungan Sidabalok dan tim yang bertugas menangkap kucing.
Para petugas tersebut mengenakan sarung tangan tebal dan masker wajah untuk perlindungan. Jelas mengapa mereka membutuhkan perlengakapan itu.
Selain beberapa menit, para petugas akan melihat seekor kucing berkeliaran di sepanjang jalan atau mengintip dari sebuah sudut.
Petugas segera bergerak, seringkali menangkap kucing dengan ekornya, dan memasukkan hewan-hewan yang marah ke dalam jaring.
Kucing-kucing ini kemudian diangkat ditengkuknya - masih di dalam jaring, mengeong dan mencakar - lalu dimasukkan ke kandang besi di atas kendaraan petugas.
Semakin kucing itu coba menggigit atau mencakar, semakin keras pula cengkeraman para petugas - lalu lekas-lekas memasukkannya ke kandang bisa meloloskan diri.
Begitu ada kucing yang baru dimasukkan ke kandang, kucing yang sudah ada di dalam langsung mendesis dan mencakar dengan garang. Mulai dari dua ekor, jadi lima hingga 10 atau lebih kucing dalam satu kandang, semuanya saling mengeong keras satu sama lain - dan juga pada kami.
Ini bukan pemandangan indah, lagipula kencing kucing tercium sangat menyengat.
Dari jarak beberapa jauh tampak air liur kucing-kucing liar dalam kandang tersebut.
Namun dalam tugas mereka hari ini, ternyata bukan cuma kucing liar yang harus dihadapi para petugas.
Perempuan gila kucing dari Petamburan
Di lantai atas salah satu rusun di dekat situ, seorang warga bernama Wenny Triastuti dikenal sebagai "perempuan gila kucing" dari Petamburan.
Selama 14 tahun tinggal di sana, dia telah mengumpulkan puluhan kucing liar dari jalanan dan memeliharanya.
Ketika kami datang hari itu, Wenny tampak mengenakan piyama bermotif Hello Kitty.
Dia memiliki dua unit rusun - satu untuk dirinya sendiri dan satu lagi untuk kucing-kucingnya. Setidaknya ada 16 ekor kucing yang berada di kandang, dan lebih banyak lagi yang di luar.
Kucing-kucing ini tampak cukup sehat dan jinak, dengan bulu-bulunya yang bersih dan cukup makanan. Namun rusunnya berukuran kecil dan para tetangganya sudah berkali-kali mengeluh.
"Dia mengaku sebagai pencinta binatang," kata Dr Hasudungan.
"Tapi tempat ini tidak cocok untuk binatang. Semuanya dikurung. Tidak ada sinar matahari di tempat itu," ujarnya.
"Dan bau busuk dari tempat itu, para tetangga bisa menciumya," tambahnya.
Ketika tim Dr Hasudungan mencoba mengambil kucing-kucing itu, Wennypun menangis dan coba melawan, meneriaki para penangkap kucing.
"Mereka bilang saya mengganggu daerah ini tapi bagaimana mungkin? Saya tak pernah mengganggu siapapun dan saya tidak meminta uang dari mereka," katanya.
"Mengapa kalian melakukan ini pada saya? Mereka tidak buang kotoran di lantai. Saya membersihkan kucing-kucingku ini," ujarnya.
"Jika sakit, saya panggil dokter hewan. Mereka kena flu baru-baru ini dan saya memvaksin mereka," kata Wenny.
Akhirnya, para petugas meninggalkan kucing di dalam rusun Wenny namun mengambil yang ada di kandang di luar dan membawanya ke mobil.
Tak pernah berakhir
Saat itu para petugas telah mengumpulkan 43 ekotr kucing.
Mereka membawanya ke pusat karantina dimana kucing tua atau sakit-sakitan dimatikan dan kucing muda yang lebih sehat disiapkan untuk diadopsi.
(Baca juga: Kisah Desa Patemon yang Selamat Dari Krisis Air Berkat Sumur Resapan)
"Pertama-tama kami akan mensterilkan mereka. Kami akan mengebiri yang jantan dan yang betina akan dimandulkan," kata Dr Hasudungan.
"Setelah itu kami akan memvaksinasi mereka terhadap rabies. Kami akan memberi makanan yang layak dan menawarkannya untuk diadopsi oleh mereka yang memiliki rumah yang cocok untuk hewan peliharaan," paparnya.
Dan satu atau dua minggu kemudian tim penangkap kucing akan kembali ke Petamburan untuk menyelesaikan keseluruhan operasi mereka.
Artikel ini pernah tayang di australiaplus.com. Baca artikel sumber.
Penulis | : | |
Editor | : | hera sasmita |
KOMENTAR