Nationalgeographic.co.id—Penemuan sisa-sisa saluran air lengkung dari zaman Romawi di Armenia mengungkapkan bukti kegagalan imperialisme Romawi di masa lalu. Saluran air tersebut ditemukan saat pekerjaan penggalian di Hellenistic royal city of Artashat-Artaxata, Armenia kuno.
Saluran air tersebut, merupakan saluran air melengkung paling timur di Kekaisaran Romawi. Pekerjaan penggalian dilakukan pada tahun 2019, dan evaluasi temuan tersebut sekarang telah diterbitkan di jurnal Archäologischer Anzeiger dengan judul "Failed Roman Imperialism. An Unfinished Roman Aqueduct at Artaxata in Armenia".
Sejak tahun 2018 sebuah tim ilmuwan dari Jerman dan Armenia, yang dipimpin oleh Achim Lichtenberger (Münster University), Mkrtich Zardaryan (Armenian Academy of Sciences) dan Torben Schreiber (Münster University), telah melakukan penelitian di kota metropolitan Hellenistik Artaxata di Dataran Ararat di Armenia. Tujuan mereka adalah untuk memeriksa kota kerajaan Helenistik yang baru didirikan dan jejak budaya banyak segi antara Asia Tengah, Iran, dan wilayah Mediterania.
Prof. Achim Lichtenberger dari Institut Arkeologi Klasik dan Arkeologi Kristen di Münster University mengatakan, Saat itu, Artaxata ditakdirkan untuk menjadi ibu kota provinsi Romawi di Armenia. Selama waktu inilah Kekaisaran Romawi mencapai puncaknya yang terbesar. Jika hanya untuk sementara waktu, karena di bawah pemeritahan Marcus Ulpius Nerva Trajanus, kaisar Romawi yang berkuasa dari tahun 98 hingga kematiannya tahun 117.
Kekaisaran Romawi berusaha untuk menggabungkan provinsi Armenia menjadi Kekaisaran Romawi. Tapi ternyata pembangunan tersebut tidak selesai, bahkan hingga kematian Kaisar Trajan.
"Fondasi monumental adalah bukti dari jembatan saluran air yang belum selesai dibangun oleh tentara Romawi antara tahun 114 dan 117 M," kata Lichtenberger dalam rilis Münster University.
Rekan penulis, Torben Schreiber mengatakan: "Pembangunan saluran air yang direncanakan, dan sebagian selesai, di Artaxata menunjukkan betapa banyak upaya yang dilakukan, dalam waktu yang sangat singkat, untuk mengintegrasikan infrastruktur ibu kota provinsi ke dalam Kekaisaran."
Oleh karena itu, para arkeolog melihat temuan mereka sebagai bukti tambahan atas kegagalan imperialisme Romawi di Armenia. "Aqueduct tetap belum selesai karena setelah kematian Trajan, pada 117 M, penggantinya Hadrian melepaskan provinsi Armenia sebelum saluran air selesai," kata Schreiber.
Arkeolog dari University of Münster and the National Academy of Sciences of the Republic of Armenia menggunakan kombinasi multidisiplin metode dari bidang arkeologi, geofisika, geokimia dan archaeoinformatics saat melakukan penggalian. Daerah metropolis Helenistik Artaxata di Dataran Ararat pertama kali diperiksa secara geomagnetik.
Pada tahap pekerjaan mereka ini, para ahli mensurvei dan memetakan setiap anomali. Gambar geomagnetik menunjukkan garis putus-putus yang mencolok, yang mereka analisis dengan apa yang disebut sondages. Hasilnya didokumentasikan oleh para arkeolog secara tiga dimensi. Pengeboran tambahan memberikan bukti pilar saluran air yang belum selesai atau hancur lebih lanjut.
"Kami menggunakan gambar satelit dan gambar inframerah dari pesawat tak berawak untuk memvisualisasikan arah pilar saluran air," kata rekan penulis Dr. Mkrtich Zardaryan Institute of Archaeology and Ethnography at the National Academy of Sciences of the Republic of Armenia.
"Kami merekonstruksi jalur saluran air yang direncanakan melalui analisis jalur berbantuan komputer antara kemungkinan sumber air dan tujuannya."
Analisis ilmiah dari mortar kapur yang digunakan menunjukkan bahwa itu adalah ciri khas Romawi. Analisis sampel tanah memperkirakan pembangunan saluran air itu antara tahun 60 dan 460 M. Dan menurut pendapat para peneliti ini membuat masa pemerintahan Kaisar Trajan kemungkinan besar berasal dari waktu itu.
Baca Juga: Bangsa Romawi Gunakan Urin Sebagai Obat Kumur, Ternyata Ini Khasiatnya
Source | : | Archäologischer Anzeiger,University of Münster Press |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR