Nationalgeographic.co.id - Para paleontolog telah mendeskripsikan fosil spesies archosaurus baru dari periode Trias Tengah, sekitar 240 juta tahun yang lalu. Spesies baru tersebut dinamai Mambawakale ruhuhu, yang berarti "buaya purba dari Cekungan Ruhuhu" dalam bahasa Kiswahili.
Mambawakale ruhuhu berukuran lebih dari 16 kaki atau sekitar 5 meter dari moncong ke ekor menjadikannya salah satu predator terbesar yang diketahui dari periode Trias Tengah. Studi ini telah dipublikasikan secara daring di jurnal Royal Society Open Science dengan judul "A new pseudosuchian archosaur, Mambawakale ruhuhu gen. et sp. nov., from the Middle Triassic Manda Beds of Tanzania".
Peneliti utama studi, Richard Butler, seorang profesor paleobiologi di University of Birmingham di Inggris mengatakan, spesies baru ini merupakan predator yang sangat besar dan sangat menakutkan. "Predator puncak ini berjalan dengan empat kaki dengan ekor yang panjang," kata Butler kepada Live Science.
Ahli paleontologi membutuhkan waktu hampir 60 tahun untuk mendeskripsikan Mambawakale ruhuhu dengan tepat. Fosilnya ditemukan pada tahun 1963, hanya dua tahun setelah Tanzania memperoleh kemerdekaannya dari Inggris.
Baca Juga: Lindungi Predator, Cacing Lapis Baja Asal 400 Juta Tahun Makan Sampah
Selama ekspedisi, para ilmuwan, sebagian besar dari Inggris, sangat bergantung pada Tanzania dan Zambia untuk menemukan area dengan banyak fosil, menemukan fosil, membangun jalan ke situs, dan mengangkut fosil dari lapangan. Namun, keterlibatan Tanzania dan Zambia berakhir di sana, fosil-fosil itu dibawa dari Cekungan Ruhuhu di Tanzania barat daya ke Museum Sejarah Alam di London, di mana mereka menunggu analisis.
Satu spesimen, dengan tengkorak sepanjang 2,5 kaki (75 sentimeter). Kemudian tulang rahang bawah yang terawetkan dengan baik dan tangan kiri yang cukup lengkap, dijuluki Pallisteria angustimentum oleh ahli paleontologi Inggris Alan Charig (1927-1997), yang membantu mengumpulkan sisa-sisa makhluk itu.
Namun Charig, bersama ahli geologi John Weaver Pallister, dan nama spesiesnya dengan kata Latin untuk "dagu sempit", tidak pernah secara resmi menerbitkan deskripsi hewan itu.
Ketika Butler dan rekan-rekannya memeriksa spesimen beberapa dekade kemudian, mereka memilih nama Kiswahili "untuk secara resmi mengakui kontribusi substansial dan sebelumnya tanpa tanda jasa dari Tanzania yang tidak disebutkan namanya" pada ekspedisi 1963, tulis para peneliti dalam penelitian tersebut.
Baca Juga: Temuan Beragam Fosil Dari Zaman Miosen di New South Wales, Australia
Sisa-sisa fosil Mambawakale ruhuhu, tengkorak parsial, rahang bawah, beberapa tulang belakang, dan tangan, dikumpulkan dari Manda Beds (juga dikenal sebagai Formasi Manda), sebuah formasi geologis di Tanzania selatan, pada tahun 1963. Dari sini, Profesor Butler dan rekan-rekannya mampu mengidentifikasi beberapa ciri khas yang membedakannya dari archosaurs lain yang ditemukan di Manda Beds.
Source | : | Live Science,Royal Society Open Science |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR