Akhirnya, pada 19 Desember 1778, Ratu Prancis melahirkan seorang putri Marie-Thérèse Charlotte. Kehamilan keduanya berakhir dengan keguguran pada awal Juli 1779, tetapi pada 22 Oktober 1781, ia melahirkan Louis Joseph Xavier François, Dauphin dari Prancis.
Baca Juga: Mengapa Tidak Ada yang Menyelamatkan Tsar Nicholas II dari Eksekusi?
Baca Juga: Analisa Tinta Ungkapkan Rahasia dalam Surat Cinta Marie Antoinette
Meski Ratu Marie Antoinette telah memenuhi tugasnya untuk melahirkan ahli waris, tetapi dia tetap tidak populer di kalangan publik. Setiap kali dia keluar, dia disambut dengan keheningan.
Orang-orang berbicara buruk di belakangnya dan mengejeknya. Popularitasnya tidak membaik dengan fakta bahwa dia memiliki hubungan cinta dengan temannya diplomat Swedia Count Axel von Fersen, yang telah kembali ke Versailles untuk waktu yang singkat.
Orang-orang dapat mengatakan bahwa Marie Antoinette pada dasarnya disalahkan atas segala kesalahan yang terjadi di negara itu, termasuk krisis ekonomi yang terjadi di Prancis karena partisipasi negara yang mahal dalam Perang Kemerdekaan Amerika Utara.
Ratu Marie sering menjadi sasaran sindiran. Dikatakan dia adalah seorang pecandu alkohol, pelacur, dan lesbian. Dia bahkan dituduh melakukan inses, yang dengan tegas dia tolak. Dia bertanya kepada suaminya pada beberapa kesempatan mengapa orang-orang Prancis sangat membencinya, dan dia pikir itu mungkin karena dia dari Austria.
Para sejarawan modern yakin tidak ada alasan untuk mencurigainya melakukan inses, tetapi kampanye melawan Marie Antoinette semakin kuat, dan kebiasaan mahalnya dikritik. Ketidakpuasan terhadap keluarga kerajaan menyebar di antara penduduk Prancis. Orang-orang miskin, tapi Raja dan Ratu justru hidup dalam kemewahan.
Dikutip dari Ancient pages, pawai di Versailles adalah salah satu peristiwa paling awal dan paling signifikan dari Revolusi Prancis. Pada tanggal 5 Oktober 1789, para wanita di Prancis merasa sudah cukup menderita ketidakadilan akibat krisis ekonomi di negara mereka. Roti sangat sulit didapat dan sangat mahal, dan memberi makan anak-anak tampak seperti tugas yang mustahil.
Para wanita yang marah memutuskan untuk mengadu langsung kepada Raja Louis XVI dan keluarganya serta seluruh istana mereka. Demonstrasi mereka dengan cepat menjadi terkait dengan kegiatan kaum revolusioner, yang mencari reformasi politik liberal dan monarki konstitusional untuk Prancis.
Kerumunan besar para wanita yang frustrasi dan berbagai sekutu mereka tumbuh menjadi ribuan massa. Dengan didorong oleh para agitator revolusioner, mereka mengobrak-abrik gudang senjata kota dan berbaris ke Istana Versailles, sekitar 13 mil dari Paris.
Mereka menuntut untuk bertemu dengan "sang tukang roti", "istri si pembuat roti", dan "anak laki-laki pembuat roti". Kerumunan mengepung istana, dan dalam konfrontasi dramatis dan keras.
Source | : | Ancient Pages |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR