"Saya lihat banyak kok anak kecil bersama orangtua mereka," sambung Dwi.
Cahaya di gua lambat laun temaram seiring penyusuran makin jauh ke dalam. Dwi memfokuskan kembali sorotan senter di kepalanya sambil beringsut perlahan dari satu pijakan ke pijakan lain. Kakinya melangkah di dasar gua yang tergenang air.
Baca Juga: Mengintip Perjalanan Menangkap Api Abadi di Kayangan Api Bojonegoro
Tak berapa lama, mulai terlihat seberkas sinar matahari di ujung gua. Kemudian makin jelas tersingkap saat Dwi mendekatinya. Itulah "cahaya surga" yang mencuri perhatian ribuan pasang mata para pelancong di Gua Jomblang.
Sambil memandang penuh takjub, dia berkali-kali mengarahkan kamera smartphone realme 9 Pro+ di genggamannya untuk mengabadikan pemandangan elok di hadapannya.
Mengingat pengambilan gambar dilakukan dalam kondisi minim cahaya (low-light), Dwi memanfaatkan beberapa fitur yang tersedia pada smartphone tersebut. Tujuannya agar cahaya yang ditangkap kamera terlihat lebih apik dan dramatis.
“Saya pakai night mode dan high dynamic range (HDR). Selain itu, saya juga pakai tripod agar lebih stabil. Hasil fotonya cukup bagus dan terlihat sharp,” ungkapnya.
Baca Juga: Merespon Krisis Iklim Dunia Melalui Pameran Fotografi di Kota Salatiga
Dia beruntung hari itu cukup cerah. Momen pengambilan gambarnya juga tepat karena sinar matahari yang menerobos melalui mulut gua memancarkan kilauan cahaya yang memukau. Stalagmit di sekitar cahaya jatuh pun menambah nilai estetis foto.
“Kalau mau berburu cahaya surga di Gua Jomblang harus datang siang hari. Saya sarankan ambil waktu sekitar jam 10-11 siang. Lewat dari itu, sinar matahari yang masuk ke gua mungkin sudah enggak maksimal,” papar Dwi.
Dwi juga beberapa kali berupaya mengambil foto dan video tanpa menggunakan tripod. Menurutnya, foto dan video yang dihasilkan tampak stabil dan tetap jernih meskipun dilakukan pembesaran.
Penulis | : | Yussy Maulia |
Editor | : | Wandha Nur Hidayat |
KOMENTAR