Ia menyayangkan karena masih banyak orang yang menjadikan Sungai Ciliwung sebagai halaman belakang rumahnya atau tempat membuang sampah dan limbah. Padahal jika dijaga kebersihannya, Ciliwung bisa jadi "halaman depan" rumah yang indah dan jadi tempat rekreasi atau bersantai setiap hari.
Cepi, Kadiv Lingkungan Rimbaraya Indonesia, juga turut membandingkan Sungai Ciliwung dengan Sungai Martapura di Banjarmasin. "Orang-orang di Jakarta sudah menganggap Sungai Ciliwung kotor dan tercemar," kata Cepi. Banyak orang justru buang sampah ke sana.
Namun orang-orang di Banjarmasin masih memanfaatkan Sungai Martapura untuk mandi dan sebagainya. Banyak orang menaruk meja dan kursi di tepi Sungai Martapura untuk menikmati keindahan bentang alam ini.
Ipenk, Ketua NorthMovers, sebuah komunitas pejalan dan pengguna vespa, juga mengakui bahwa banyak orang Jakarta yang jika hendak liburan, justru pergi ke luar kota, misalnya ke Bogor atau Sukabumi. "Mengapa kita tidak menjadikan tempat tinggal kita sebagai tempat yang bersih dan asri sehingga bisa jadi tempat hiburan dan relaksasi?"
Ia sepakat untuk menjadikan Ciliwung jadi sungai yang bersih dan indah kembali sehingga orang-orang Jakarta bisa menjadikannya sebagai rujukan tempat wisata dan relaksasi diri.
Pak De Suparno juga menekankan bahwa semakin bersih, aman, dan nyaman Sungai Ciliwung, maka semakin baik pula pertumbuhan ekonomi di wilayah sekitarnya. "Coba banyangkan, ada seratus orang dari NorthMovers, misalnya, yang rela bayar Rp10 ribu untuk menikmati keindahan Ciliwung, maka ada potensi ekonomi di situ. Tentu saja itu baru bisa kalau sungainya sudah dianggap bersih, aman, nyaman."
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR