Nationalgeographic.co.id—Siapa sangka, bahwa musik mampu menurunkan tekanan darah tinggi bagi pasien hipertensi. Lalu, musik yang mana?
Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskular yang dapat mengakibatkan berbagai komplikasi kesehatan bagi manusia. Tentunya penyakit ini sekaligus dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit jantung, stroke, dan kematian.
Dikutip dari WHO, jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 miliar orang yang terkena hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya.
Pada 2021, terdapat penelitian mengenai terapi musik khusus untuk pasien penderita hipertensi. Penelitian ini diterbitkan di Nusantara Hasana Journal, berjudul “Pengaruh Terapi Musik terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi” yang dipimpin oleh Fisca Awalin dari STIKes Yatsi Tangerang.
Studi yang dilakukan secara literatur ini menemukan bahwa terapi musik dapat mempengaruhi penurunan tekanan darah pda pasien hipertensi. Hal ini dikarenakan musik memiliki kemampuan untuk mengatur dan mempengaruhi tekanan darah sistolik dan diastolik.
Dalam buku Terapi Musik, Teori dan Aplikasi dipaparkan bahwa musik akan menstimulasi hipotalamus sehingga dapat menstimulasi perasaan tenang. Keadaan ini nantinya berpengaruh pada produksi endrokrin, kortisol, dan katekolamin dalam mekanisme pengaturan tekanan darah.
Sebelumnya, penelitian serupa juga telah dilakukan oleh Netty Herawati dan timnya pada Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Menara Ilmu UMSB bahwa musik klasik digunakan pada terapi musik yang dapat menurunkan tekanan darah karena musik klasik bersifat rileks dengan tempo atau irama pelan. Musik klasik dengan irama yang dihasilkan memiliki tempo 60 ketukan per menit.
Saat pasien mendengarkan musik klasik yang memiliki irama teratur dan terus menerus, denyut jantung pada pasien hipertensi akan mengikuti irama musik tersebut dan lebih terkendali.
Sementara itu Endang Triyanto dalam Pelayanan Keperawatan bagi Penderita Hipertensi Secara Terpadu menunjukkan hasil penelitian yang menarik. Menurut penelitianya, musik merupakan stimulus yang unik dan dapat mempengaruhi respon fisik dan psikologi para pendengar. Selain itu, musik merupakan intervensi yang efektif untuk meningkatkan relaksasi fisiologis yang diindikasikan dengan penurunan nadi, respirasi dan tekanan darah.
Baca Juga: Telusur Akar Musik WR Supratman: Anak Band yang Jadi Seorang Patriotis
Baca Juga: Sejarah Dangdut, Musik Nusantara yang Tak Pernah Dilekang Waktu
Pada hasil literasi tim Fisca Awalin dari penelitian-penelitian sebelumnya, menyatakan bahwa dengan mendengarkan alunan musik sekitar 10-30 menit dapat membuat tubuh menjadi tenang. Musik juga dapat menstimulasi tubuh untuk memproduksi molekul Nitrat Oksida yang dapat merangsang pembuluh darah untuk mengurangi tekanan darah.
Tertulis juga pada buku Stop! Hipertensi bahwa dengan mendengarkan musik klasik, sistem limbik pada otak akan teraktivasi. Hal ini dapat membuat seseorang menjadi rileks dan tekanan darah menurun. Selain itu, alunan pada musik dapat menstimulasi tubuh untuk memproduksi molekul Nitrat Oksida. Dimana molekul ini bekerja pada tonus pembuluh darah sehingga dapat mengurangi tekanan darah.
Terapi musik klasik ini merupakan teknik yang mudah untuk dilakukan oleh orang-orang karena efeknya yang merupakan pilihan alternatif untuk mencapai keadaan rileks. Dimana keadaan rileks ini dapat mengurangi stres dan depresi yang dialami.
Pastinya, dalam terapi musik ini hanya berlaku dengan mendengarkan musik instrumental yang bertempo lambat seperti Air On the G String karya J.S. Bach, Liebestraume karya Franz Liszt, dan The Swan karya Saint Saens.
Penulis | : | Ratu Haiu Dianee |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR