Nationalgeographic.co.id—Sejak usia sekolah, Nicholas II telah menerima pendidikan militer dari gurunya, dan selera serta minatnya sama dengan rata-rata perwira muda Rusia pada zamannya.
Dia memiliki sedikit pretensi intelektual, tetapi senang dan menikmati dalam setiap latihan fisik dan segala ornamen kehidupan sebagai seorang tentara, seperti seragam, lencana, parade.
Sebagaimana sistem dinasti yang berlaku, ia diminta untuk menggantikan ayahnya pada 1 November 1894, membuatnya dinobatkan sebagai tsar di Moskow pada 26 Mei 1894.
Ketika Nicholas Romanov dinobatkan sebagai tsar Rusia pada tahun 1894, dia tampak bingung. "Apa yang akan terjadi pada saya?", sejatinya ia tak pernah benar-benar siap.
Biografi tentang Nicholas and Alexandra karya Robert K. Massie, menyoroti pesona pribadi, kelembutan, keyakinan agama yang mendalam, dan patriotisme Rusia yang kuat dari sang tsar terakhir Rusia.
"Dia dikanonisasi oleh Gereja Ortodoks Rusia sebagai seseorang dengan kerendahan hati, kesabaran, dan kelembutan," tulis Robert Service kepada The Washington Post.
Robert menuliskan sebuah artikel tentang sosok Nicholas II dalam artikel berjudul Five myths about the Romanovs, yang dipublikasikan pada 26 Oktober 2018.
"Memang benar, bahwa Tsar Nicholas adalah seorang pria saleh yang setia kepada istri dan anak-anaknya," lanjut Robert.
Meskipun Nicholas II memiliki pesona pribadi yang luar biasa, pada dasarnya ia adalah seorang pemalu. Terbukti bahwa ia kerap menghindari kontak dekat dengan rakyatnya, dan lebih memilih privasi tentang keluarganya.
Baca Juga: Revolusi Februari, Kepayahan Tsar Nicholas II dalam Memimpin Rusia
Baca Juga: Pembunuhan Keji Tsar Nicholas II 'Napas Terakhir Kekaisaran Rusia'
Baca Juga: Benarkah Putri Tsar Nicholas II Ini Berhasil Kabur dari Eksekusi?
Kehidupan rumah tangganya tenang. Kepada istrinya, Alexandra Fyodorovna, yang dinikahinya pada 26 November 1894, Nicholas merupakan suami yang sangat setia bagi Alexandra.
"Dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin Rusia, Nicholas II harus berjuang terus-menerus melawan dirinya sendiri, menekan keragu-raguan dalam dirinya dan memilih untuk bersikap lebih percaya diri," ungkapnya.
Sisi lain dari kepribadian Nicholas adalah, ia merupakan penguasa Rusia pertama yang menunjukkan minat pribadinya terhadap negara-negara di Asia, dengan mengunjunginya pada tahun 1891.
Namun, kontestasi sumber sejarah mengisahkan minatnya kepada Rusia lebih dari sekadar mengagumi, tapi hasratnya untuk menguasai. Utamanya, saat ia menginginkan Korea ke dalam kekuasaannya.
Inilah yang kemudian menyeret Rusia pada persaingannya dengan Jepang yang memiliki pengaruh di Korea. Nicholas dianggap ikut bertanggung jawab atas Perang Rusia-Jepang.
Parahnya, saat dihadapkan pada kondisi perang, Nicholas II tak mampu mengendalikan pasukan militer dalam berperang. Sisi lain dalam hidupnya yang memutuskan untuk berani untuk percaya diri.
Kekalahan Rusia atas Jepang menjadi pukulan berat bagi Tsar Nicholas II dan keluarganya. Akibat kekalahan itu, sejumlah teror terus menghantui keluarganya hingga menciptakan sejumlah gelombang kekacauan di Rusia.
Sebelum turun tahta secara paksa pada Maret 1917, ia mengizinkan beberapa reformasi dan bahkan mengizinkan pembentukan parlemen.
"Setelah kematiannya, ketika Rusia jatuh ke dalam kediktatoran dan teror di bawah komunis, kecenderungan untuk meromantiskannya tumbuh," ungkap Robert menutup tulisannya.
Source | : | The Washington Post |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR