Nationalgeographic.co.id—Romanisasi merupakan sebuah istilah yang mengacu pada penyebaran budaya Romawi dan bahasa Latin di daerah-daerah yang ditaklukkan oleh Romawi.
"Proses Romanisasi memiliki pengaruh dominan pada bentuk Peradaban Barat," tulis Imperium Romanum dalam artikel berjudul "Romanization", dipublikasikan pada tahun 2019.
Romanisasi memainkan peran penting dalam kehidupan setiap penduduk karena identifikasi dengan negara Romawi dapat memfasilitasi karir dan kehidupan itu sendiri.
Bangsa Romawi tidak pernah memaksakan budaya mereka tersebar secara paksa, dan merupakan tindakan yang permisif dan sukarela. Penganiayaan terhadap orang Kristen dan Yahudi dapat dianggap sebagai pengecualian di sini.
Bahasa Latin digunakan di Kekaisaran Romawi yang merupakan bahasa baru, dan pada saat yang sama sangat menarik banyak orang yang mengenalnya, sehingga menjadi bahasa asli orang Romawi yang cepat tersebar.
Baca Juga: Cara Orang Romawi Bawa Hewan Buas Ke Colosseum, Ini Penjelasannya
Seiring dengan meluasnya perkembangan wilayah negara Romawi, ruang lingkup bahasa Latin juga meningkat. "Saat itu, dalam waktu singkat, bahasa Latin menjadi bahasa kedua (setelah Yunani) di kawasan Mediterania," imbuhnya.
Unsur romanisasi juga merupakan kebijakan pemberian hak-hak sipil. Perolehan gelar ini memberikan kesempatan bagi rakyat sipil untuk promosi status sosialnya ke status berkuda dan kemudian menjadi senator (berlaku di wilayah yang terpengaruh kekuasaan Romawi).
"Pada tahun 212 M, kaisar Romawi Caracalla memberikan kewarganegaraan kepada semua penduduk bebas Kekaisaran," jelasnya.
Periode Kekaisaran adalah waktu ketika terjadi peningkatan romanisasi pada daerah-daerah yang baru ditaklukkan. Semakin banyak budaya lokal yang mulai berasimilasi dengan kebudayaan Romawi.
Italia Utara menjadi saksi, sebagai negara yang pertama kali mengalami proses Romanisasi. Jangkauan budaya Romawi, bagaimanapun, dikembangkan secara intensif akibat terjadinya Perang Punisia.
Baca Juga: Jenis-Jenis Gladiator dalam Pertarungan Mematikan Romawi Kuno
Bagian paling barat kekaisaran menjadi yang paling diromanisasi, sebagian besar dihuni oleh orang-orang barbar. Sedangkan di bagian timur, mengambil alih budaya Yunani, dan penduduk wilayah ini tidak tahu tentang bahasa Latin.
Peradaban Kekaisaran Romawi Timur juga dicirikan oleh intelektualisme yang lebih besar dan jenis religiusitas yang lebih mistis daripada peradaban Romawi modern. Hal inilah yang membuat semakin sulitnya proses Romanisasi daerah-daerah tersebut.
"Proses romanisasi sangat penting bagi berfungsinya negara Romawi. Romanisasi mengintegrasikan negara dan menghubungkan penduduk dalam nasib yang sama," lanjutnya lagi.
Pengecualian di daerah Timur yang berbatasan langsung dengan Yunani. Wilayah ini masih dihuni oleh orang-orang Roman yang berbicara dengan dialek bahasa Aromatik, dibandingkan dengan penggunaan bahasa Latin khas Romawi.
Baca Juga: Sebelum Kejatuhan Kekaisaran Romawi, Kondisinya Mirip Dengan Saat Ini
Banyak juga daerah di Barat, terutama di kawasan pinggiran kekaisaran yang belum diromanisasi. Terutama berlaku untuk Spanyol utara (orang-orang Basques), Inggris, dan Galia utara, di mana populasi Celtic bertahan lama di pedesaan dengan tradisinya yang kuat.
Melalui Romanisasi, akan menimbulkan rasa memiliki terhadap negara. Penduduk Roma akan diidentifikasi dengan budaya dan kepercayaan khusus Roma, sehingga menegaskan kesetiaan mereka. Mungkin faktor inilah yang menentukan kelanggengan eksistensi peradaban Romawi.
Source | : | Imperium Romanum |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR