Nationalgeographic.co.id—Caracalla tidak pernah dilahirkan untuk menjadi kaisar. Lahir pada tahun 188 M di kota Lugdunum di selatan Galia (Lyon, Prancis modern), ia lahir dari kosmopolitanisme Kekaisaran Romawi pada akhir abad kedua.
"Ayahnya, Septimius Severus, berasal dari kota pelabuhan Leptis Magna (Libya modern), sementara ibunya, Julia Domna, berasal dari keluarga pendeta aristokrat dewa Elagabal di kota Emesa, Suriah," tulis Johns.
Kieren Johns menulis kepada The Collector dalam artikelnya berjudul Was Caracalla More than a Bloodthirsty Tyrant? (9 Facts), yang dipublikasikan pada 30 Desember 2020.
Seperti Gaius Caligula sebelum dia, Caracalla juga terkenal dalam sejarah. Potretnya yang khas dan mencolok itu muncul pada galeri patung kekaisaran, wajahnya berbeda dengan relief wajah para pendahulunya yang lebih tenang dan tenteram.
Pada tahun 193 M, kekaisaran Romawi berantakan. Pembunuhan terhadap kaisar Commodus telah menimbulkan masalah suksesi kekaisaran dan penuntut saingan muncul di seluruh kekaisaran, termasuk Severus yang didukung oleh legiun dari Pannonia.
Kemenangan terakhirnya dalam serangkaian perang saudara yang mengikuti (dan berlangsung hingga 197), menyebabkan Severus mengamankan posisinya sebagai kaisar Romawi.
Bagian dari pemerintahannya melibatkan penamaan eksplisit Caracalla sebagai ahli warisnya dengan memberinya gelar Caesar pada tahun 195 (menandai dia sebagai mitra juniornya yang berkuasa).
Caracalla bukan satu-satunya anak dari pernikahan Septimius Severus dan Julia Domna. Adik laki-lakinya, Geta (dinamai saudara laki-laki ayahnya) baru lahir setahun kemudian pada tahun 189 M.
Ketika Caracalla menjabat sebagai Kaisar di Romawi, ia melakukan sejumlah pembunuhan, dan ia melakukannya kepada keluarganya sendiri!
Ia pernah menikah di usia 14 tahun dan ia tak menyukainya. Caracalla kemudian mengasingkan istri yang dibencinya ke Sisilia, kemudian ke Lipari, sampai akhirnya ia membunuhnya.
"Istrinya yang diasingkan bukan satu-satunya yang dia bunuh. Setelah ayah mereka meninggal pada tanggal 4 Februari 211 M, dia juga membunuh saudaranya Geta," imbuh Johns.
Ketika Geta menguasai kawasan-kawasan di Romawi Timur, entah apa yang merasuki Caracalla, ia dan pasukannya yang berkuasa di provinsi-provinsi Barat Romawi membunuh 20.000 orang yang setia kepada Geta, dibantai habis-habisan olehnya.
Baca Juga: Kaisar Romawi Nero: Apakah Dia Layak Mendapat Reputasi Pria Nakal?
Baca Juga: Akibat Kegilaannya, Kaisar Romawi Caligula Mati dengan Tragis
Baca Juga: Valerianus, Kaisar Romawi yang Mati dalam Hina oleh Raja Persia
Tak lama setelah saudaranya, Geta dibunuh, ia menjadi satu-satunya Kaisar Romawi. Orang-orang yang tinggal di provinsi timur Kekaisaran Romawi mungkin berharap dia tak pernah kembali lagi mengunjungi mereka, terutama orang-orang Alexandria di Mesir, yang menganggap Caracalla sebagai kaisar yang tidak lagi kejam, tapi ia dianggap tidak waras.
Ketika orang-orang di kota pelabuhan penting Mesir ini melihat Caracalla berlabuh, mereka mengejeknya. Cemoohan dilontarkan setelah Caracalla membunuh saudaranya Geta untuk mendapatkan kekuasaan mutlak.
Awal kedatangan Caracalla ke Alexandria, kawasan Timur yang dikuasai Romawi, bertujuan untuk mempersiapkan perang atas Persia, berubah menjadi mencekam. Ejekan dan cemoohan kepadanya tidak pernah ia anggap enteng.
Caracalla menyeru pada pasukannya untuk menjarah dan membunuh semua orang yang mengejeknya. Ia telah membunuh rakyatnya sendiri sebelum perang dimulai melawan Persia.
Perilakunya yang tempramental dan sadis, membuat Carcalla dibenci dan memiliki banyak musuh, bahkan di dalam kekaisarannya sendiri. Benar saja, 4 hari menjelang hari berbahagianya (ulang tahun), ia ditikam sampai mati oleh tentaranya sendiri.
Tentara tersebut bernama Justin Martialis yang menolak untuk menyerahkan jabatannya sebagai Centurion di Angkatan Darat Romawi, ia lebih memilih membunuh kaisarnya yang ia benci.
Caracalla akhirnya wafat pada tanggal 8 April 217 M, di dekat sebuah kota bernama Harran di Turki Selatan. Sebuah akhir yang tragis dari kaisar yang psikopat dan sadis.
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR