“Kemampuan hominin untuk hidup di garis lintang utara, dengan lingkungan yang dingin dan musiman, kemungkinan besar difasilitasi oleh evolusi budaya dalam bentuk adaptasi ekonomi, sosial, dan simbolis. Penemuan di Xiamabei membantu kami memahami adaptasi ini dan peran potensial mereka dalam migrasi manusia,” jelas Dr. Shixia Yang yang turut terlibat dalam penelitian ini.
Baca Juga: Seperti Apakah Ragam Perkakas Batu Buatan Manusia Neanderthal?
Baca Juga: Peneliti Sebut Homo Erectus Adalah Manusia Purba yang Pemalas
Baca Juga: Tim Arkeologi Bawah Air AS Menemukan Alat Batu Berusia 9.000 Tahun
Terkait dengan makhluk yang hidup di sana, diketahui tidak ada sisa hominin yang ditemukan di Xiamabei. Keberadaan fosil manusia modern di situs kontemporer Tianyuandong dan situs Gua Atas Salkhit dan Zhoukoudian yang sedikit lebih muda, menunjukkan bahwa pengunjung Xiamabei adalah Homo sapiens.
Teknologi litik yang bervariasi dan hadirnya beberapa inovasi mungkin mencerminkan upaya kolonisasi awal oleh manusia modern. Periode kolonisasi ini mungkin termasuk pertukaran genetik dan budaya dengan kelompok kuno, seperti Denisovans, sebelum akhirnya digantikan oleh gelombang Homo sapiens selanjutnya menggunakan teknologi microblade.
Melansir dari Xinhua, para peneliti mengatakan catatan Xiamabei tidak sesuai dengan gagasan inovasi budaya yang berkelanjutan. Selain itu, tidak sesuai juga dengan serangkaian adaptasi yang memungkinkan manusia purba untuk berkembang ke luar dari Afrika dan di seluruh dunia. Mereka berargumentasi untuk mosaik pola inovasi, dengan penyebaran inovasi sebelumnya, kegigihan tradisi lokal, dan penemuan lokal praktik baru semua terjadi dalam fase transisi.
"Temuan kami menunjukkan bahwa skenario evolusi saat ini terlalu sederhana. Manusia modern, dan budaya kita, muncul melalui episode berulang tetapi berbeda dari pertukaran genetik dan sosial di wilayah geografis yang luas, bukan sebagai gelombang penyebaran tunggal yang cepat di seluruh Asia,” tutur Michael Petraglia dari Institut Max Planck untuk Ilmu Sejarah Manusia.
Studi ini telah dipublikasikan pada laman Nature dengan judul Innovative ochre processing and tool use in China 40,000 years ago pada 2 Maret 2022.
Source | : | Xinhua,Phys.org |
Penulis | : | Maria Gabrielle |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR