Nationalgeographic.co.id—Tim peneliti internasional mendapatkan temuan menarik dari penggalian di situs Xiamabei di Cekungan Nihewan, Tiongkok bagian utara. Mereka mendapati adanya perilaku inovatif dan peralatan yang unik.
Studi ini memberikan pencerahan mengenai gaya hidup pada 40.000 tahun lalu. Dilansir dari Phys, penemuan budaya baru menunjukkan proses inovasi dan diversifikasi budaya yang terjadi di Asia Timur selama periode hibridisasi genetik dan budaya.
Penelitian sebelumnya telah menenapkan bahwa Homo sapiens tiba di Asia bagian utara sekitar 40.000 tahun lalu. Namun, banyak kehidupan dan adaptasi budaya masyarakat awal serta kemungkinan interaksi mereka dengan kelompok kuno yang belum diketahui.
Guna memahami evolusi perilaku budaya di timur laut Asia, kekayaan situs arkeologi mulai dari usia dua juta hingga 10.000 tahun lalu ini memberikan pencerahan. Adanya bukti paling awal yang diketahui tentang pemrosesan oker di Asia Timur dan seperangkat peralatan batu seperti bilah, situs Xiamabei memuat ekspresi dan fitur budaya unik atau sangat langka.
"Xiamabei berdiri terpisah dari situs arkeologi lainnya yang dikenal di Tiongkok karena memiliki serangkaian karakteristik budaya baru pada masa awal," kata Dr. Fa-Gang Wang dari Institut Peninggalan dan Arkeologi Budaya Provinsi Hebei.
Lebih lanjut, salah satu bentuk budaya penting yang ditemukan di Xiamabei adalah penggunaan oker yang ekstensif. Oker merupakan pewarna merah alami yang berasal dari tanah liat berpigmen hematit. Ditunjukkan oleh artefak yang digunakan untuk memproses pigmen dalam jumlah besar.
Artefak tersebut terdiri dari dua potong oker dengan komposisi mineral yang berbeda dan lempengan batu kapur memanjang dengan area halus yang mengandung noda oker. Semuanya di atas permukaan sedimen bernoda merah.
Dipimpin oleh Prof. Francesco d'Errico, analisis oleh peneliti dari Universitas Bordeaux menunjukkan bahwa berbagai jenis oker dibawa ke Xiamabei. Diproses melalui penumbukan dan abrasi untuk menghasilkan bubuk dengan warna dan konsistensi yang berbeda, di mana penggunaannya menodai lantai tempat tinggal. Produksi oker di Xiamabei merupakan contoh paling awal yang diketahui dari praktik ini di Asia Timur.
Sementara itu, perkakas batu di Xiamabei mewakili adaptasi budaya baru untuk Tiongkok utara 40.000 tahun yang lalu. Karena sedikit yang diketahui tentang industri perkakas batu di Asia Timur sampai microblade menjadi teknologi dominan sekitar 29.000 tahun yang lalu.
Penemuan di Xiamabei memberikan wawasan penting tentang industri pembuatan perkakas selama periode transisi penting. Perkakas seperti bilah ini unik untuk wilayah tersebut, sebagian besar alat-alat dibuat dalam bentuk mini, lebih dari setengahnya berukuran kurang dari 20 milimeter.
Tujuh dari alat-alat batu menunjukkan bukti yang jelas tentang adanya pegangan, dan analisis fungsional dan residu menunjukkan alat-alat itu digunakan untuk mengebor, menggores kulit, memotong bahan tanaman dan memotong bahan hewan lunak. Penghuni setempat kala itu membuat alat-alat besar dan serbaguna yang menunjukkan sistem teknis yang kompleks untuk mengubah bahan mentah yang tidak terlihat di situs yang lebih tua atau muda.
“Kemampuan hominin untuk hidup di garis lintang utara, dengan lingkungan yang dingin dan musiman, kemungkinan besar difasilitasi oleh evolusi budaya dalam bentuk adaptasi ekonomi, sosial, dan simbolis. Penemuan di Xiamabei membantu kami memahami adaptasi ini dan peran potensial mereka dalam migrasi manusia,” jelas Dr. Shixia Yang yang turut terlibat dalam penelitian ini.
Baca Juga: Seperti Apakah Ragam Perkakas Batu Buatan Manusia Neanderthal?
Baca Juga: Peneliti Sebut Homo Erectus Adalah Manusia Purba yang Pemalas
Baca Juga: Tim Arkeologi Bawah Air AS Menemukan Alat Batu Berusia 9.000 Tahun
Terkait dengan makhluk yang hidup di sana, diketahui tidak ada sisa hominin yang ditemukan di Xiamabei. Keberadaan fosil manusia modern di situs kontemporer Tianyuandong dan situs Gua Atas Salkhit dan Zhoukoudian yang sedikit lebih muda, menunjukkan bahwa pengunjung Xiamabei adalah Homo sapiens.
Teknologi litik yang bervariasi dan hadirnya beberapa inovasi mungkin mencerminkan upaya kolonisasi awal oleh manusia modern. Periode kolonisasi ini mungkin termasuk pertukaran genetik dan budaya dengan kelompok kuno, seperti Denisovans, sebelum akhirnya digantikan oleh gelombang Homo sapiens selanjutnya menggunakan teknologi microblade.
Melansir dari Xinhua, para peneliti mengatakan catatan Xiamabei tidak sesuai dengan gagasan inovasi budaya yang berkelanjutan. Selain itu, tidak sesuai juga dengan serangkaian adaptasi yang memungkinkan manusia purba untuk berkembang ke luar dari Afrika dan di seluruh dunia. Mereka berargumentasi untuk mosaik pola inovasi, dengan penyebaran inovasi sebelumnya, kegigihan tradisi lokal, dan penemuan lokal praktik baru semua terjadi dalam fase transisi.
"Temuan kami menunjukkan bahwa skenario evolusi saat ini terlalu sederhana. Manusia modern, dan budaya kita, muncul melalui episode berulang tetapi berbeda dari pertukaran genetik dan sosial di wilayah geografis yang luas, bukan sebagai gelombang penyebaran tunggal yang cepat di seluruh Asia,” tutur Michael Petraglia dari Institut Max Planck untuk Ilmu Sejarah Manusia.
Studi ini telah dipublikasikan pada laman Nature dengan judul Innovative ochre processing and tool use in China 40,000 years ago pada 2 Maret 2022.
Source | : | Xinhua,Phys.org |
Penulis | : | Maria Gabrielle |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR