Baca Juga: Pocut Meurah Intan, Perempuan Tangguh Aceh yang Diasingkan ke Blora
Penjelasan sejarah dalam buku karya Anton mendapat apresiasi dari Bonnie Triyana, kurator tamu di Rijksmuseum, Belanda. Menurutnya, karya seperti ini membuat pemahaman sejarah harus menggali kembali tentang apa yang terjadi di Aceh selama periode perang dengan Belanda.
Dia menjelaskan, Aceh adalah kawasan terakhir yang ditaklukkan Belanda dengan memakan waktu sangat lama. Akan tetapi, takluknya Aceh dalam kacamata sejarah Indonesia mungkin kurang 40 tahun saja mengalami penjajahan.
Sedangkan penakluknya adalah van Heutsz yang sempat dibuatkan patung di Cikini, Jakarta, untuk menganugerahinya sebagai pemersatu Hindia-Belanda.
"Atau jangan-jangan Aceh itu tidak pernah tertaklukkan karena terus-terus melawan," ungkap Bonnie.
Sebagai kurator di museum di Belanda, Bonnie menemukan bendera atau panji milik Aceh. Dengan keberadaannya di sana, ia berpendapat, menandakan kekalahan pasukan Aceh dalam pertempuran dengan Belanda. Sebab, dalam seni berperang, ketika panji direbut oleh musuh menandakan pihak yang melawan telah kalah.
Ada banyak kisah perang Aceh yang dijabarkan oleh Anton lewat bukunya. Dia membuka bahasan dari zaman keemasan Kesultanan Aceh yang punya pengaruh dalam penyebaran Islam di Nusantara dan hubungannya dengan negeri-negeri jauh.
Selain itu ada pula bagaimana Perang Aceh bermula lewat invasi Belanda, pemahaman mendalam untuk beberapa tokoh seperti Cut Nyak Dhien, C. Snouck Hurgronje, Van Heutsz, dan Panglima Polim.
Bahkan, setelah takluknya Aceh di tangan Belanda, Anton menggambarkan bagaimana perjuangan Aceh terus berlanjut seperti yang terjadi pada 1942 bersamaan dengan kedatangan Jepang.
"Penting untuk melihat Aceh dari Aceh sendiri jadi bukan dari sudut pandang Jakarta, bukan dari sudut pandang Indonesia, bukan dari sudu pandang Jawa, tetapi melihat Aceh dari segi Aceh," kata Bonnie menilai penjabaran Anton tentang sejarah Perang Aceh dengan berkunjung dan mencari bukti sejarah di Aceh dan Belanda.
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR