Ilustrator John Savage pun menggambarkan sosok Giolo lengkap dengan tato yang sangat detail. Tatonya berbentuk garis-garis simetris pada dadanya dengan banyak pola persegi empat, lengkungan yang mengitari ketiak, dan di lengan bawahnya terdapat garis zig-zag. Pola yang menyerupai gelang berturut-turut dari siku hingga pergelangan tangan. Sementara di bagian bagian betis dan pangkal pahanya terdapat tato ombak dan sirip besar.
Tato adalah cara memperindah diri dalam kebudayaan Asia Tenggara, terutama di Indonesia, Filipina, dan kepulauan Pasifik. Tato, menurut kebudayaan Visaya di Filipina, diyakini memiliki kekuatan spiritual dan kualitas magis yang dapat memperkuat diri serta perlindungan. Berbagai budaya di Asia Tenggara membedakan pola-pola tato sebagai penggambaran status sosial sebagai identitas dirinya.
Baca Juga: Jalur Rempah Utara-Selatan: Simpul Filipina, Tiongkok, dan Nusantara
Baca Juga: Rajah Terakhir Dayak: Dahulu Dibanggakan, Sekarang Dilupakan
Hyde mencatat, sejak ketibaannya di Inggris pada 1692, tato Giolo adalah gambaran hidup di dunia bagian lain. Tatonya dikatakan melindungi dirinya dari bisa ular dan racun. Ketenaran Giolo bahkan mendapat perhatian oleh Raja Ingris ke istana.
Selain itu dalam tulisannya, Hyde mengumpulkan berbagai cerita tentang Giolo semasa di Asia Tenggara. Meski demikian, cerita tentang kehidupannya mungkin meragukan. Pasalnya, Hyde mengumpulkan ragam cerita yang didapatkan, termasuk orang Belanda anonim yang mengaku bisa "bahasa Celebean" (mungkin salah satu bahasa daerah Sulawesi) untuk berbicara dengannya.
Tak lama, Jeoly meninggal karena cacar di Oxford. Pihak universtas memutuskan untuk mengawetkan kulitnya demi ilmu pengetahuan dan digantung bagai lembaran kertas dengan tinta di samping peta Tiongkok milik John Selden. Kini, kulit itu telah tiada karena lenyap dimakan usia.
Source | : | National Geographic Indonesia,Esquire |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR