Ketika tiba pada hukuman kejam, baik Inggris atau Cina muncul dalam pikiran kita. Metode eksekusi mengerikan lainnya diperkenalkan ke Eropa dan Asia selama abad ke-18 dan ke-19. Itu dikenal sebagai "Catherine Wheel."
Catherine Wheel tidak lebih dari sepotong kayu yang berderit, mirip dengan roda lainnya. Roda kayu besar ini digunakan untuk mengikat dan meregangkan tahanan. Para korban kemudian akan dipukuli sampai gila dengan gada besi.
Pada abad ke-18, seorang penulis Prancis bernama Voltaire menulis tentang Catherine Wheel dalam bukunya. Dia mendefinisikannya sebagai bentuk hukuman yang sangat kejam. Catherine Wheel dikenal karena menimbulkan kerusakan tubuh yang signifikan pada korbannya. Atau bisa dikatakan bahwa algojo menyebabkan luka fisik yang signifikan pada para korban? Korban hanya akan diikat ke roda, menyaksikan kematian mereka. Mereka yang kurang beruntung untuk mencobanya tidak selalu berhasil keluar hidup-hidup.
Para korban akan diremukkan di atas roda hingga tulang-tulang mereka hancur berkeping-keping. Dan begitu penyiksanya selesai, hampir tidak akan ada tulang yang tersisa tanpa patah.
Biasanya, penyiksaan akan berlangsung selama berjam-jam, jika tidak berhari-hari, selalu menyebabkan kematian yang kejam dan menyakitkan.
6. Kematian oleh Tikus
Tikus, di masa lalu, telah digunakan sebagai alat penyiksaan. Mereka berfungsi sebagai sarana kematian yang buruk bagi beberapa orang yang tidak beruntung. Ada beberapa contoh orang yang dijatuhi hukuman mati dan dibiarkan dimakan oleh hewan yang kelaparan di masa lalu. Namun, ini adalah praktik unik di mana tikus disiksa untuk memakan korbannya.
Bentuk penyiksaan khusus ini berasal dari Roma kuno. Selama abad ke-17 dan ke-18, ini menjadi terkenal di beberapa negara Asia dan Eropa. Beberapa dari mereka tidak asing dengan membunuh orang dengan cara yang dramatis. Cina dan Inggris adalah dua negara yang paling banyak mengeksekusi tahanan dengan cara yang tidak manusiawi.
Penyiksaan biasanya dimulai dengan beberapa sayatan yang dalam di perut korban. Tikus-tikus yang telah kelaparan itu kemudian diletakkan di atas tubuh korban yang diikat. Untuk menahan tikus-tikus itu, sebuah kandang atau ember logam diikatkan di atasnya. Tikus-tikus itu sesekali menggigit.
Batu bara kemudian diatur di atas ember dan dipanaskan. Tentu saja, ini menyakitkan bagi orang tersebut, tetapi tidak seburuk yang dialami tikus. Hal ini membuat tikus menjadi sangat liar. Satu-satunya jalan keluar bagi mereka adalah memakan tubuh korbannya. Pemotongan yang dilakukan pada tubuh korban memungkinkan tikus untuk mengakses dengan mudah.
Source | : | Historyofyesterday |
Penulis | : | Agnes Angelros Nevio |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR