Nationalgeographic.co.id - Sekitar 66 juta tahun yang lalu, asteroid yang dikenal dengan Penabrak Chicxulub menghantam Bumi. Peristiwa tersebut menyebabkan kepunahan massal di Bumi, peristiwa yang menandai akhir dari era Dinosaurus.
Namun kita tidak sedang membahas dinosaurus sekarang. Saat peristiwa itu, ada spesies kecil, yang di zaman sekarang dibenci banyak orang. Ketika Penabrak Chicxulub menghantam Bumi, ada kecoak di sana. Sementara dinosaurus punah, mengapa kecoak tidak? Bagaimana kecoak dapat bertahan hidup dari asteroid pembunuh dinosaurus?
Brian Lovett, Peneliti Pascadoktoral di Mikologi, di West Virginia University menulis untuk The Conversation. Ia tertarik bagaimana kecoak mengatasi situasi tersebut, kecoak menjadi penyintas dari peristiwa kepunahan massal yang bahkan dinosaurus pun tidak bisa selamat karenanya.
Seperti diketahui, katanya, dampak peristiwa tersebut sangat luar biasa. Menyebabkan gempa bumi besar, dan para ilmuwan berpikir itu juga memicu letusan gunung berapi ribuan kilometer dari lokasi tumbukan. Tiga perempat tumbuhan dan hewan di Bumi mati, termasuk sebagian besar dinosaurus, kecuali beberapa spesies yang merupakan nenek moyang burung masa kini.
Dengan semua yang terjadi akibat tumbukan tersebut, faktanya kecoak selamat di saat yang lain tidak. Menurutnya, para kecoak ini diperlengkapi dengan baik untuk hidup melalui bencana meteor.
"Jika Anda pernah melihat kecoak, Anda mungkin memperhatikan bahwa tubuh mereka sangat rata. Ini bukan sebuah kecelakaan. Serangga yang lebih datar dapat menekan diri mereka ke tempat yang lebih sempit. Ini memungkinkan mereka untuk bersembunyi secara praktis di mana saja dan ini mungkin membantu mereka bertahan dari dampak Chicxulub," kata Lovett.
Saat meteor menghantam, suhu di permukaan bumi meningkat dengan pesat. Banyak hewan tidak punya tempat untuk melarikan diri, tetapi kecoak bisa berlindung di celah-celah tanah kecil, yang memberikan perlindungan yang sangat baik dari panas.
Tabrakan meteor memicu serangkaian efek. Menyebabkan begitu banyak debu sehingga langit menjadi gelap. Saat matahari meredup, suhu turun dan kondisi menjadi dingin di seluruh dunia. Dengan sedikit sinar matahari, tanaman yang masih hidup berjuang untuk tumbuh, dan banyak organisme lain yang bergantung pada tanaman itu kelaparan.
"Lain halnya dengan kecoak, meskipun tidak seperti beberapa serangga yang lebih suka memakan satu tanaman tertentu, kecoak adalah pemakan segala, omnivora," ia menjelaskan.
Itu berarti mereka akan memakan sebagian besar makanan yang berasal dari hewan atau tumbuhan serta sisa-sisa. Beberapa jenis kulit dan bahkan kotoran. Memiliki selera makan yang tidak pilih-pilih telah memungkinkan kecoak untuk bertahan hidup di masa-masa sulit sejak kepunahan Chicxulub dan bencana alam lainnya.
Sifat lain yang membantu adalah bahwa kecoak bertelur dalam kotak pelindung kecil. Kotak telur ini terlihat seperti kacang kering dan disebut oothecae, yang berarti "kotak telur".
Seperti halnya casing ponsel, oothecae bersifat keras dan melindungi isinya dari kerusakan fisik dan ancaman lainnya, seperti banjir dan kekeringan. Beberapa kecoak mungkin telah menunggu sebagian dari bencana Chicxulub dari kenyamanan oothecae mereka.
Kecoak modern adalah hewan kecil yang selamat yang dapat hidup di mana saja di daratan, dari panasnya daerah tropis hingga beberapa bagian terdingin di dunia. Para ilmuwan memperkirakan ada lebih dari 4.000 spesies kecoak di seluruh dunia.
Beberapa spesies ini suka hidup dengan manusia dan dengan cepat menjadi hama. Begitu kecoak menetap di sebuah bangunan, sulit untuk menyingkirkan setiap celah kecil dari serangga ini dan oothecae mereka.
Baca Juga: Awas! Membasmi Kecoak dengan Insektisida Membuatnya Lebih Kuat
Baca Juga: Semut Neraka Berusia 99 Juta Tahun Ditemukan Saat Memburu Kecoak
Baca Juga: Apa yang Membuat Kecoak Bisa Hidup Tanpa Kepala?
Ketika sejumlah besar kecoak hadir di tempat-tempat yang tidak bersih, mereka dapat menyebarkan penyakit. Ancaman terbesar mereka terhadap kesehatan manusia adalah dari alergen yang mereka hasilkan yang dapat memicu serangan asma dan reaksi alergi pada beberapa orang.
Hama kecoak sulit dikendalikan karena mereka dapat melawan banyak insektisida kimia. Dan karena mereka memiliki kemampuan yang sama yang membantu nenek moyang mereka hidup lebih lama dari banyak dinosaurus.
Namun, kecoak lebih dari sekadar hama yang harus dikendalikan. Para peneliti mempelajari kecoak untuk memahami bagaimana mereka bergerak dan bagaimana tubuh mereka dirancang untuk mendapatkan ide untuk membangun robot yang lebih baik.
"Sebagai seorang ilmuwan, saya melihat semua serangga sebagai inspirasi berkaki enam yang indah. Kecoak telah mengatasi peluang yang terlalu besar untuk dinosaurus. Jika meteorit lain menabrak Bumi, saya akan lebih mengkhawatirkan manusia daripada kecoak," katanya.
Source | : | The Conversation |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR