Penelitian ini adalah yang pertama untuk mendokumentasikan pertumbuhan berlebih amigdala sebelum gejala autisme muncul. Penelitian dilakukan melalui Jaringan The Infant Brain Imaging Study (IBIS), sebuah konsorsium dari 10 universitas di Amerika Serikat dan Kanada yang didanai melalui National Institutes of Health Autism Center of Excellence Network grant.
Baca Juga: Dunia Sunyi Para Pencari Jati Diri, Kisah Anak-anak Penyandang Autisme
Baca Juga: Temple Grandin, Ilmuwan Perempuan yang Ciptakan Alat Terapi Autis
Baca Juga: Data Pada 23 Juta Anak Tak Menunjukkan Hubungan Autisme dengan Vaksin MMR
Para peneliti mendaftarkan total 408 bayi, termasuk 58 bayi dengan kemungkinan lebih tinggi mengembangkan autisme (karena memiliki saudara yang lebih tua dengan autisme) yang kemudian didiagnosis dengan autisme. Kemudian termasuk 212 bayi dengan kemungkinan autisme yang meningkat tetapi tidak mengembangkan autisme, 109 bayi sebagai kontrol dan 29 bayi dengan sindrom Fragile X. Lebih dari 1.000 pemindaian MRI diperoleh selama tidur alami pada usia enam, 12, dan 24 bulan.
Studi sebelumnya oleh tim IBIS dan lainnya telah mengungkapkan bahwa sementara defisit sosial yang merupakan ciri khas autisme tidak ada pada usia enam bulan. Bayi yang terus mengembangkan autisme memiliki masalah sebagai bayi dengan bagaimana mereka memperhatikan rangsangan visual di lingkungan mereka.
Peneliti berhipotesis bahwa masalah awal dengan pemrosesan informasi visual dan sensorik ini dapat meningkatkan tekanan pada amigdala, yang menyebabkan pertumbuhan amigdala yang berlebihan. Pertumbuhan berlebih amigdala telah dikaitkan dengan stres kronis dalam studi kondisi kejiwaan lainnya, misalnya depresi dan kecemasan. Hal itu dapat memberikan petunjuk untuk memahami pengamatan ini pada bayi yang kemudian mengembangkan autisme.
Source | : | American Journal of Psychiatry,UNC Health and UNC School of Medicine |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR