Awalnya kolera dianggap sebagai penyakit 'kelas bawah', karena merekalah yang selalu terkena dampak paling parah. Namun, masyarakat terguncang ketika mengetahui bahwa penyakit itu mulai menjangkiti orang kaya dan kaum bangsawan.
Baru kemudian perhatian diberikan pada penyakit ini oleh pejabat pemerintah. Dewan Kesehatan segera muncul dan bergegas untuk memberikan peringatan dan kata-kata nasihat untuk saling menjaga diri.
Warga diperingatkan untuk menghindari aktivitas berlebihan, menjauhkan diri dari kecemasan, tidak melakukan perubahan pola makan secara tiba-tiba, serta menghindari udara malam.
"Mereka juga diperingatkan untuk tetap bersih, memakai kain flanel dan memiliki banyak obat antikolera," sambung Bilson.
Tetap saja, pandemi kolera dengan cepatnya menular seperti si jago merah yang melahap pohon-pohon di hutan rimba. Efeknya berupa gangguan usus kecil hingga penyakit parah yang menyakitkan dan dengan cepat berakibat kematian.
Kondisi primitif masyarakat terjadi di antara kerumunan orang yang naik ke Sungai St. Lawrence, mereka membawa kolera bersamanya ke Kanada lebih jauh lagi.
Di tahun yang sama (1832), setelah masifnya persebaran, stasiun karantina mulai digalakkan di sejumlah kawasan, utamanya di dermaga Quebec yang terinfeksi paling parah.
Di Montreal dan Kota Quebec, sekolah dan toko tutup. Satu-satunya bisnis yang berkembang pesat adalah yang produsen papan setebal satu inci yang dibutuhkan untuk membuat peti mati. Begitu banyak korban mati!
Banyaknya imigran di Kanada hanya memperumit situasi karena kepadatan penduduk di pemukiman yang kumuh, kondisi hidup yang tidak sehat, dan pasokan air bersih yang tidak memadai hanya melanggengkan masalah.
Baca Juga: Saat Wabah Kolera Picu Pemerintah untuk Membangun Ruang Terbuka Hijau
Baca Juga: Aspek Mesianik dalam Riwayat Pagebluk Kita: Akankah Berulang?
Source | : | The Canadian Encyclopedia,Historical Narratives of Early Canada |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR