Nationalgeographic.co.id—Gambar atau patung berbentuk penis sering ditemukan dalam seni Yunani kuno dan Romawi kuno. Dalam seni erotis klasik ini, gambar erotis dan penggambaran alat kelamin, khususnya penis, adalah motif yang sangat populer di berbagai media di Yunani kuno dan Romawi kuno. Singkatnya, seks ada di mana-mana dalam seni Yunani dan Romawi.
Di masa Renaisans dan seterusnya, temuan peninggalan-peninggalan seni erotis ini kerap mendapatkan sensor. Apakah seni erotis ini layak dianggap sebagai bentuk pornografi kuno?
Sulit untuk mengatakan sejauh mana orang-orang dulu menggunakan citra erotis eksplisit untuk memancing gairah. Tentu saja, adegan erotis yang populer di bejana-bejana akan memberikan suasana yang menggairahkan pada pesta-pesta Athena saat anggur dikonsumsi.
Jenis adegan ini sangat populer di kylix, atau cangkir anggur, terutama di dalam tondo (panel tengah cangkir). Hetairai (pelacur kelas atas) dan pornai (pelacur dari kalangan budak) mungkin menghadiri pesta yang sama, jadi adegan itu mungkin digunakan sebagai rangsangan.
Seni erotika yang dibuat dengan cara dicat kemudian digantikan oleh penggambaran erotis yang dibuat dengan dicetak di era Yunani dan Romawi selanjutnya. Yang jelas, penggunaannya pasti serupa. Agedan hubungan seks dengan minum-minum kuat dalam seri seni erotis ini.
Penerapan adegan seksual pada lampu minyak oleh orang-orang Romawi mungkin merupakan skenario yang paling mungkin di mana objek itu benar-benar digunakan dalam latar bercinta. Erotika biasa terjadi pada lampu yang terbuat dari cetakan.
Meskipun ketelanjangan perempuan tidak jarang ditemukan dalam seni Yunani dan Romawi kuno (terutama dalam hubungannya dengan Dewi Afrodit), simbolisme penis atau lingga adalah pusat dari banyak seni klasik. Penis sering digambarkan pada Hermes, Pan, Priapus atau dewa-dewa serupa di berbagai bentuk seni.
Alih-alih terlihat erotis, simbolismenya di sini sering dikaitkan dengan perlindungan, kesuburan, dan bahkan penyembuhan. Para peneliti telah melihat penis yang digunakan dalam berbagai konteks domestik dan komersial di Pompeii, cerminan yang jelas dari sifat pelindungnya.
Sebagai contoh, sebagaimana dikutip dari Ancient Origins, pada patung batu dengan kepala (biasanya kepala Hermes) di atas pilar persegi panjang, alat kelamin pria biasanya juga diukir. Blok-blok ini ditempatkan di perbatasan untuk perlindungan, dan sangat dihargai sehingga pada tahun 415 Sebelum Masehi ketika patung-patung yang ada di Athena ini dirusak sebelum keberangkatan armada Athena, banyak yang percaya ini akan mengancam keberhasilan misi angkatan laut tersebut.
Baca Juga: Mengapa Patung Pria Yunani Kuno Selalu Telanjang? Ini Alasannya!
Baca Juga: Misteri Tangan Hercules: Di Mana Bagian Lain dari Patung Raksasa Itu?
Baca Juga: Wanita-Wanita Tangguh dalam Pertarungan Brutal Gladiator Romawi
Contoh lainnya adalah sebuah lukisan dinding terkenal dari House of the Vetti di Pompeii yang menunjukkan Priapus, dewa kecil dan penjaga ternak, tanaman, dan kebun. Dia memiliki penis besar, memegang sekantong uang koin, dan memiliki semangkuk buah di kakinya. Seperti yang ditulis peneliti Claudia Moser, gambar itu mewakili tiga jenis kemakmuran: pertumbuhan (penis besar), kesuburan (buah), dan kemakmuran (kantong uang).
Perlu dicatat bahwa bahkan pandangan sekilas pada patung-patung klasik di museum akan mengungkapkan bahwa penis pada penggambaran marmer dewa dan pahlawan telanjang seringkali cukup kecil. Keidealan budaya klasik menghargai penis yang lebih kecil daripada yang lebih besar, seringkali mengejutkan khalayak modern.
Semua representasi penis besar dalam seni klasik dikaitkan dengan nafsu dan kebodohan. Priapus sangat dihina oleh dewa-dewa lain sehingga dia dibuang dari Gunung Olympus. Jadi, penis yang lebih besar tidak lebih baik bagi orang-orang Yunani dan Romawi.
Source | : | Ancient Origins |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR