Nationalgeographic.co.id—Imbas sanksi yang dijatuhkan pada Rusia atas invasinya ke Ukraina dinilai para ahli mengancam masa depan Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Rusia dapat mengakhiri kerja samanya di ISS dalam waktu dua tahun, hingga tahun 2024.
Seperti diketahui, Amerika Serikat dan sekutunya terus meningkatkan tekanan pada Rusia atas serangannya ke Ukraina. Sanksi tersebut membuat Rusia mengambil sikap dan dapat berdampak besar secara global termasuk dunia sains.
Konflik tersebut, menurut para ahli, memiliki konsekuensi luas bagi industri dan organisasi terkait sains di seluruh dunia. Salah satu yang paling menjadi perhatian dunia adalah ancaman oleh direktur jenderal badan antariksa Roscosmos Rusia untuk mengakhiri keterlibatannya pada ISS.
Meskipun sebagian besar pengamat menilai ancaman Rusia tersebut hanya gertakan politik semata dari Rusia, tetapi ancaman tersebut benar-benar dapat berdampak luas. Beberapa ahli mengatakan kepada Live Science bahwa Rusia hanya akan berkomitmen pada proyek ISS hingga 2024. Kemungkinan tersebut tidak seperti yang diusulkan oleh badan antariksa Amerika Serikat (NASA) dan mitra lainnya sebelumnya untuk Rusia terlibat hingga 2030.
Mundurnya Rusia dari proyek tersebut dapat berarti sebagian besar ISS hanya akan bergantung kepada NASA untuk menjaga proyek tersebut selama hampir 10 tahun. Tugas tersebut sebelumnya menjadi tanggung jawab Rusia hingga sekarang.
Menurut para ahli, setiap kerjasama yang berhubungan dengan sains dengan Rusia mungkin akan menjadi sangat sulit. Ancaman itu menandakan betapa parah akibat dari tindakan Rusia di Ukraina telah merusak hubungan dalam komunitas ilmiah antara negara itu dan seluruh dunia.
Kepala Roscosmos Dmitry Rogozin menyatakan dalam bahasa Rusia di Twitter pada Sabtu, 2 April 2022 bahwa "hubungan normal" antara mitra di ISS hanya dapat dipulihkan setelah "pencabutan sanksi ilegal sepenuhnya dan tanpa syarat."
Rogozin adalah tokoh politik yang memiliki hubungan dekat dengan presiden Rusia Vladimir Putin dan memiliki sejarah membuat pernyataan yang keras. Dia mentweet pada 24 Februari 2022, ketika Rusia mulai menginvasi Ukraina. "Bahwa sanksi apa pun yang dijatuhkan sebagai akibatnya dapat "menghancurkan" kemitraan antara Rusia dan Amerika Serikat yang membuat ISS tetap beroperasi dan tetap tinggi," katanya.
Meski demikian, aktivitas di stasiun luar angkasa relatif normal sejak saat itu, dengan kedatangan tiga kosmonot Rusia pada pertengahan Maret lalu dan kembalinya astronot NASA Mark Vande Hei ke Bumi minggu lalu menggunakan pesawat ruang angkasa Soyuz milik Rusia.
Namun, mungkin ada lebih dari sekadar sikap politik terhadap ancaman terbaru Rogozin untuk mengakhiri kerja sama Rusia di ISS. Dalam tweetnya belum lama ini, dia membagikan apa yang dia katakan adalah surat 30 Maret dari administrator NASA Bill Nelson.
Surat itu menyatakan sanksi baru dirancang untuk memungkinkan kerja sama lanjutan antara Amerika Serikat dan Rusia, "untuk memastikan operasi ISS yang aman dan berkelanjutan."
Sebuah pernyataan oleh Nelson disampaikan pada Minggu, 3 April 2022 belum lama ini. Pernyataan tersebut menekankan bahwa "hubungan profesional" antara astronot dan kosmonot di ISS terus menjaga semua orang tetap aman di dalam pesawat.
Tetapi Rogozin mengklaim bahwa dia tidak setuju bahwa proyek ISS dapat terus beroperasi di bawah sanksi internasional yang dikenakan pada Rusia. "Tujuan sanksi adalah untuk membunuh ekonomi Rusia, menjerumuskan rakyat kami ke dalam keputusasaan dan kelaparan dan membuat negara kita bertekuk lutut," katanya.
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Source | : | NASA,Live Science |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR