Baca Juga: Sekolah Tari Tradisional Cirebon dan Upaya Pelestarian Budaya
Tidak hanya itu, berdasarkan laporan Residen Servatius, pada tahun 1817 disebutkan bahwa selama gerakan perlawanan tahun 1806 penduduk telah membakar semua pabrik gula serta membinasakan tanaman tebu milih pemerintah kolonial.
Tak hanya Residen Cirebon. Setelah mengetahui peristiwa perlawanan tersebut, Residen Priangan, yakni Van Motman, segera berangkat menuju perbatasan untuk melindungi gudang-gudang kopi di Tomo dan Karangsambung dari amuk masa.
"Berdasarkan besluit 25 Januari 1818 No.1, Wali Negara memerintahkan beberapa pasukan untuk segera berangkat ke Cirebon melalui jalur laut," imbuhnya lagi.
Meski telah mengirim pasukan perang untuk meredam perlawanan rakyat, nyatanya Belanda tetap kewalahan. Pasukan perlawanan rakyat Cirebon terus menghancurkan beberapa daerah seperti Majalengka, Banyaran dan Palimanan.
Pemerintah Hindia-Belanda yang kewalahan menghadapi perlawanan rakyat, mengalami kerugian besar, sedikitnya Belanda menderita kerugian f.150.000.
"Perlawanan yang dilancarkan terus menerus oleh pasukan perlawanan rakyat Cirebon, membuat Pemerintah Kolonial kewalahan dan sebagian pasukan pemerintah pun gentar, bahkan Servatius menyebut mereka bersikap pengecut," tutupnya.
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Source | : | jurnal Tamaddun |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR