Nationalgeographic.co.id—Lapangan bola aztec kuno dan kuil yang didedikasikan untuk Ehecatl, dewa angin, telah ditemukan di kota Meksiko.
Permainan bola tradisional Mesoamerika adalah bagian dari kehidupan religius Aztec. Banyak ahli percaya bahwa permainan ini mungkin berasal dari peradaban Olmec kuno, salah satu peradaban maju paling awal di Amerika. Namun, semua pengorbanan manusia dan permainan bola, yang mereka kenal sebagai ollamalitzli, terkait erat dengan suku Aztec.
Penemuan arkeologi baru-baru ini di pusat Kota Meksiko mengungkapkan sisa-sisa kuil Aztec yang besar dan lapangan bola untuk upacara. Penemuan itu, yang memberi pencerahan baru pada ruang-ruang suci Kota Meksiko yang dikuasai oleh para penakluk Spanyol lima abad lalu.
Penggalian bawah tanah ini mengkonfirmasikan catatan dari penulis sejarah Spanyol pertama yang mengunjungi ibukota kekaisaran Aztec, Tenochtitlan. Penggalian tersebut mengungkapkan bagian dari apa yang merupakan dasar dari sebuah kuil besar berbentuk lingkaran yang didedikasikan untuk dewa angin Aztec Ehecatl dan lapangan bola ritual.
"Karena penemuan seperti ini, kami dapat menunjukkan lokasi sebenarnya, posisi dan dimensi masing-masing struktur yang pertama kali dijelaskan dalam kronik," kata Diego Prieto, kepala institut antropologi dan sejarah utama Meksiko.
Para arkeolog juga merinci persembahan mengerikan dari 32 tulang leher pria yang terputus yang ditemukan di tumpukan tak jauh dari lapangan.
"Itu adalah persembahan yang terkait dengan permainan bola, tidak jauh dari tangga," kata arkeolog Raul Barrera. "Tulang belakang, atau leher, pasti berasal dari korban yang dikorbankan atau dipenggal."
Baca Juga: Jadi Budak di Peradaban Aztec, Dipilih Karena Melakukan Kejahatan
Baca Juga: Mengenal Mictlan, Dunia Bawah Tanah Orang Mati Kepercayaan Suku Aztec
Baca Juga: Inilah Xipe Totac: Dewa Aztec yang Dipuja karena Menguliti Manusia
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Source | : | Ancient Pages |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR