Namun, dalam kondisi ekstrem, bintang yang meledak dapat menghasilkan logam berat seperti emas dan uranium melalui proses yang dikenal sebagai penangkapan neutron cepat atau proses-r.
Di sini, sebuah atom membengkak ke ukuran yang sangat tidak stabil saat neutron yang dilepaskan selama supernova membombardir nukleusnya. Karena itu, pembentukan elemen terberat–emas & uranium–terjadi dalam hitungan detik. Seluruh proses terjadi begitu cepat sehingga elemen yang tidak stabil tidak punya waktu untuk berpisah.
Saat bintang sekarat meledak sebagai hore terakhirnya, ia mengirimkan gelombang kejut, mendorong puing-puing kaya mineral ke seluruh ruang angkasa.
Ini memberi tahu kita di mana dan bagaimana pembentukan emas terjadi, tetapi apa yang menjelaskan kehadirannya yang melimpah di Bumi?
Emas menumpang ke bumi dalam meteor
Emas yang terbentuk di alam semesta berakhir jauh di dalam inti bumi. Satu-satunya penjelasan logis untuk kedatangan elemen luar angkasa di Bumi adalah bahwa itu mungkin menumpang di dalam meteoroid.
Miliaran tahun yang lalu, selama awal pembentukan Bumi, unsur-unsur berat seperti besi tenggelam ke pusat bumi untuk membentuk intinya.
Jika emas datang ke sini ketika bumi masih membentuk intinya, maka besi cair akan menyeret elemen berat lainnya, seperti emas, bersamanya ke intinya. Namun, deposit emas dapat dengan mudah kita temukan di kerak bumi.
Sebuah studi yang dilakukan oleh University of Bristol memberi kita wawasan tentang periode ketika emas tenggelam ke inti bumi. Mereka mempelajari konsentrasi isotop batuan dari berbagai usia, yang memberikan bukti bahwa emas mendarat di Bumi setelah pembentukan inti planet.
Mantel bumi mengalami perubahan komposisi setelah planet ini ditabrak meteor 3,8 miliar tahun yang lalu. Meteor-meteor ini juga membawa banyak emas berharga. Pengeboman itu melapisi kerak dan mantel planet dengan lapisan emas yang tebal.
Baca Juga: Kisah Tragis Pria Terkaya di Romawi yang Mati Menelan Emas Cair
Baca Juga: Temuan Anting Emas Diduga Hadiah Kaisar Bizantium Kepada Suku Viking
Source | : | Science ABC |
Penulis | : | Agnes Angelros Nevio |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR