Baca Juga: Wabah Antoninus, Penyakit Misterius yang Membuat Romawi Jadi Neraka
Baca Juga: Kondisi Kejiwaan Pengaruhi Kemungkinan Infeksi Terobosan Covid 19
Baca Juga: Infeksi Zika Diduga Dapat Menular Melalui Air Mata
Baca Juga: Ilmuwan Identifikasi 5.500 Spesies Virus RNA Baru di Lautan Dunia
Baca Juga: Mengenal EBV, Virus Penyebab Penyakit pada Sistem Saraf Pusat
Secara rincinya, para peneliti menemukan bahwa virus Zika relatif memperoleh perubahan asam amino tunggal. Kemampuan ini memungkinkan virus itu bisa membuat lebih banyak salinan dirinya sendiri, dan mampu bertahan lebih mudah ketika menginfeksi.
Mutasi yang terbaru ditulis oleh para peneliti sebagai NS2B I39V/I39T. Mutasi ini mampu membuat virus bereplikasi pada tikus dan nyamuk ketika diamati para peneliti. Hal ini dapat disimpulkan bahwa peningkatan replikasi juga bisa terjadi pada sel manusia.
"Varian Zika yang kami identifikasi telah berevolusi ke titik di mana kekebalan pelindung silang yang diberikan oleh infeksi dengue sebelumnya tidak lagi efektif pada tikus," terang Shresta. "Sayangnya bagi kita, jika varian ini menjadi tersebar, kita mungkin punya masalah yang sama di kehidupan nyata."
Saat ini, untuk mengantisipasi mutasi semacam ini menular kepada manusia, Shresta dan tim di laboratoriumnya mencarai cara untuk menyesuaikan vaksin dan perawatan Zika yang mampu melawannya. Pemantauan dengan peneliti lain juga terus dikembangkan untuk memahami bagaimana mutasi bisa bereplikasi lebih efisien.
"Kami ingin memahami pada titik mana siklus hidup virus mutas ini membuat perbedaan," jelasnya.
Source | : | eurekalert |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR