Sedangkan pada tumbuhan dan hewan yang tinggal di daratan, mereka menemukan kondisi yang berbeda. Spesies di sana hanya ada beberapa kelompok taksonomi organisme seperti filum spons, nematoda, moluska, dan chordata—kelompok yang terdiri jenis vertebrata.
Dengan kata lain, para penulis menyimpulkan, melestarikan habitat air tawar mempunyai peluang untuk melindungi banyak spesies, dan punya banyak sejarah evolusi daripada jumlah kawasan yang ada di darat atau di laut.
"Wawasan tentang keragaman filogenetik memberi kita peluang besar untuk melestarikan bagian penting dari sejarah evolusi," kata Wiens.
Masalahnya, lingkungan air tawar seperti sungai dan danau kerap tercemar. Berbagai zat kimia dari limbah rumah tangga dan industri bisa mencederai keankeragaman yang berkembang di sana.
Mereka menyimpulkan, habitat yang membuat spesies berkembang biak lebih cepat memiliki keanekaragaman hayati yang lebih besar. Tingkat keragaman itu memiliki berbagai faktor berbeda untuk setiap habitat, salah satunya mungkin disebabkan oleh hambatan geografis.
Meski hambatan geografis bisa menjadi salah satu faktor, tetapi bukan berarti sebagai jawaban mutlak. Karena lautan memiliki kawasan yang begitu luas, tetapi jumlah spesiesnya sangat terbatas, terang Wiens.
"Spesies dapat berkembang biak lebih cepat di darat daripada di laut atau di air tawar karena ada lebih banyak hambatan penyebaran di darat dibandingkan dengan laut, di mana organisme dapat bergerak lebih bebas," lanjutnya. "Hambatan ini tampaknya membantu mendorong asal usul spesies baru di semua habitat baik tumbuhan maupun hewan."
Banyak ilmuwan mengira bahwa produktivitas biologis, terutama pertumbuhan tanaman, pendorong utama keanekaragaman hayati. Akan tetapi studi terbaru ini mengabarkan dampak itu lebih kecil daripada yang diperkirakan sebelumnya.
"Produktivitas keseluruhan serupa antara laut dan darat, yang memberi tahu kita bahwa pada skala global, produktivitas bukanlah penentu keanekaragaman hayati yang paling penting," terang Wiens.
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR