Nationalgeographic.co.id - Legenda mencatat bahwa Numa Pompilius adalah raja kedua Romawi setelah Romulus. Alih-alih gemar berperang seperti pendahulunya, ia merupakan seorang negarawan dan politisi.
Selama masa pemerintahannya, Numa memperkenalkan undang-undang baru, adat istiadat, kultus, dan hari libur.
Berbeda dengan zaman Romulus di mana Roma sering terlibat peperangan, Numa Pompilius ingin agar kota itu mengalami masa-masa tenang.
Namun bagaimana Numa Pompilius bisa berkuasa?
Setelah kematian Romulus yang legendaris, terjadi perselisihan panjang yang melelahkan tentang suksesi takhta berikutnya. Akhirnya, Pompilius yang dikenal karena kesalehan dan kebijaksanaan dipilih. Dan dia, pada kenyataannya, setuju. Akan tetapi sebelumnya, Pompilius harus bertanya kepada para dewa terlebih dahulu. Para peramal berhasil dan ia pun mengenakan jubah kerajaan.
Penguasa baru mulai dengan perubahan agama dan mengeklaim bahwa perubahan ini harus terjadi karena Egeria telah memerintahkannya untuk melakukannya. Egeria adalah bidadari air mitologis yang menjadi istri dan penasihatnya.
Kekuatan gaib seperti itu dapat meningkatkan otoritas dan prestise Pompilius di mata rakyat Romawi.
Apakah sosok Numa Pompilius benar-benar ada atau hanya isapan jempol belaka?
“Tidak pasti apakah sosok menarik ini benar-benar ada,” tutur A. Sutherland dilansir dari laman Ancient Pages. Hanya ada legenda tentang hidupnya tetapi tidak ada fakta sejarah yang nyata.
Menurut tradisi kuno, ia berasal dari Sabines, suku Italic dari Apennines tengah dan lahir pada hari ketika Roma didirikan (753 SM). Pompilius memerintah dari 715 SM hingga kematiannya pada 672 SM. Dia berusia sekitar 40 tahun pada saat mengambil alih kekuasaan setelah kematian misterius Romulus.
Berbeda dengan pendahulunya, Numa menciptakan berbagai kantor dan otoritas untuk pekerja sipil. Ia menyesuaikan tahun matahari dan bulan serta menciptakan sistem kalender.
Tahun 10 bulan telah digantikan oleh tahun yang dibagi menjadi 12 bulan lunar. Itu dihitung 354 hari dan setiap 19 tahun ada bulan kabisat.
“Sistem ini memengaruhi sistem kalender modern,” tambah Sutherland. Sayangnya, tidak banyak informasi mengenai kalender ini.
Selain itu, raja membuat daftar hari-hari yang berhasil (dies fasti) dan hari-hari yang tidak menguntungkan (dies nefasti). Pada hari-hari yang tidak menguntungkan tidak perlu melakukan sidang pengadilan atau mengadakan pertemuan warga.
Baca Juga: Festival Darah Lupercalia dan Legenda Si Kembar Romulus dan Remus
Baca Juga: Misteri Kematian Kaisar Romawi, Gordian III Saat Berusia 19 Tahun
Baca Juga: Marcus Aurelius: Kaisar Romawi Baik Hati yang Juga Seorang Filsuf
Menurut Plutarch (46 AD – 120 AD), Numa adalah orang yang sangat bijaksana dan religius. Ia memerintahkan untuk membangun sebuah kuil yang didedikasikan untuk Janus di Roma. Dewa batas bermuka dua ini memiliki kuil yang tidak biasa. Pintunya, yang disebut Gerbang Janus, ditutup pada masa damai dan dibuka pada masa perang.
Untuk tiga dewa besar Romawi: Jupiter, Mars, dan Quirinus (nama khusus untuk Romulus), Pompilius memperkenalkan imam khusus. “Dia membawa Perawan Vestal, dewi perapian, ke Roma,” ungkap Sutherland. Para Vestal dibebaskan dari kewajiban sosial yang biasa untuk menikah dan melahirkan anak. Mereka mengambil sumpah kesucian untuk mengabdikan diri pada studi dan ketaatan terhadap ritual negara. Ritual tersebut terlarang bagi perguruan tinggi imam laki-laki.
Numa dikatakan telah menulis beberapa ‘buku suci’ yang berisi ajaran ilahi, sebagian besar dari Egeria dan Muses.
Menurut legenda dan mitos, Pompilius meninggal pada 672 sebelum masehi.
Jika benar-benar ada, kemungkinan besar ia tidak dapat berkontribusi dengan begitu banyak pencapaian penting dan melakukan semua reformasi baru di kota Roma.
Namun apabila Pompilius melakukannya selama 43 tahun masa pemerintahannya, ia menjadi pemimpin yang luar biasa.
Akan tetapi banyak yang percaya bahwa perubahan yang sangat penting dalam agama Romawi dan kebiasaan masyarakat membutuhkan waktu lama. “Dan itu bukan pekerjaan satu orang saja,” Sutherland menambahkan.
Source | : | Ancient Pages |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR