Jaringan jalan Romawi menyatukan seluruh wilayah kekaisaran. Para senator mulai membangun tonggak-tonggak yang mencantumkan jarak pada pertengahan abad ketiga SM. Tetapi sejak abad pertama Masehi, para kaisar mengambil penghargaan untuk semua pembangunan jalan. “Bahkan jika itu telah dilakukan oleh gubernur mereka,” ungkap Davenport.
Lebih dari 7000 tonggak bertahan hari ini. Di Italia tengah, tonggak biasanya menunjukkan informasi jarak dari tempat itu ke Roma.
Augustus juga mendirikan cursus publicus, sebuah sistem penginapan dan stasiun jalan di sepanjang jalan utama. Tempat ini menyediakan penginapan dan kuda segar untuk orang-orang dalam bisnis kekaisaran. Sistem ini hanya terbuka bagi mereka yang memiliki izin khusus. Bahkan pejabat tinggi tidak diizinkan untuk menyalahgunakan sistem.
Hubungan antara kekaisaran dan jalan semakin berarti ketika Konstantinus mendirikan ‘Roma baru’ di Konstantinopel pada abad keempat Masehi. Ia membangun sebuah lengkungan yang disebut Milion di tengahnya. Lengkungan ini berfungsi sama seperti tonggak emas yang dibuat oleh Augustus.
Banyak rute perjalanan Romawi bertahan karena rute ini disalin pada periode abad pertengahan.
The Antonine Itinerary, yang disusun pada abad ketiga M, sangat membantu pelancong untuk menemukan jalan pintas. Jenis dokumen ini sangat unik, bahkan orang Yunani pun tidak membuat rencana perjalanan seperti ini. Davenport menambahkan, “Mereka lebih memilih untuk menerbitkan catatan tertulis tentang pelayaran laut.”
Jaringan jalan Romawi telah mendorong perkembangan konsepsi geografis baru tentang kekuasaan. Ini memosisikan Roma sebagai pusat dunia.
Penggunaan kata jalan dalam pepatah
Sejak zaman kuno, frasa "semua jalan menuju Roma" sudah digunakan sebagai pepatah. Kitab Perumpamaan yang disusun oleh Alain de Lille, seorang teolog Prancis, pada abad ke-12 adalah contoh awal.
De Lille menulis bahwa ada banyak cara untuk mencapai Tuhan bagi mereka yang benar-benar menginginkannya:
“Seribu jalan menuntun manusia sepanjang zaman ke Roma,
Mereka yang ingin mencari Tuhan dengan sepenuh hati.”
Source | : | Ancient Origins |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR