Nationalgeographic.co.id—Strok atau stroke terjadi ketika sesuatu menghalangi suplai darah ke bagian otak atau pembuluh darah di otak pecah. Penelitian terbaru, para ilmuwan telah mengidentifikasi kelompok mikrob usus tertentu yang dapat meningkatkan atau menurunkan risiko seseorang menderita jenis strok paling umum.
Penelitian ini menambah bukti yang berkembang bahwa perubahan mikrobioma usus dapat berperan dalam penyakit kardiovaskular. Sebelumnya, sebuah penelitian menyebutkan bahwa mikrob tertentu dapat mempengaruhi plak aterosklerotik di arteri dan mikrobioma usus pasien stok berbeda dari mereka yang sehat.
Dilansir dari The Guardian, guna mengetahui apakah mikrob dan mikrobiom dapat mempengharuhi pemulihan organ dari strok, Dr Miquel Lledós dari Sant Pau Research Institute di Barcelona, Spanyol, dan rekan mengambil sampel tinja dari 89 orang yang baru menderita strok iskemik, di mana gumpalan darah menghalangi aliran oksigen ke otak, dan dari individu yang sehat.
Para ahli melakukan pengurutan DNA untuk mengidentifikasi berbagai mikroorganisme yang ada di usus dan apakah kelompok bakteri tertentu berkorelasi dengan pemulihan fungsional.
“Kami mengidentifikasi taksa (bakteri) baru yang terkait dengan risiko keparahan stroke yang lebih tinggi pada fase akut pada enam jam dan pada 24 jam,” kata Lledos.
“Kami juga mengidentifikasi satu kelas, satu genus, dan satu spesies yang terkait dengan hasil fungsional yang buruk pada tiga bulan setelah stroke iskemik,” lanjutnya.
Dari penelitian mereka, para ilmuwan mengidentifikasi beberapa jenis bakteri yang terkait dengan peningkatan risiko strok iskemik, termasuk bakteri Fusobacterium dan Lactobacillus. Melansir dari Medical News Today, mereka juga menemukan bakteri Negativibacillus dan Lentisphaeria dikaitkan dengan strok yang lebih parah pada fase akut. Setelah tiga bulan, bakteri Acidaminococcus menyebabkan pemulihan pasca strok yang buruk.
Penemuan yang dipresentasikan pada European Stroke Organisation Conference (ESOC) di Lyon, Prancis baru-baru ini membuka prospek yang menarik di masa depan, kita mungkin dapat mencegah strok atau meningkatkan pemulihan neurologis dengan memeriksa mikrobiota usus. Saat ini, tidak ada perawatan neuroprotektif khusus untuk mencegah perburukan neurologis setelah strok. Penggunaan terapi baru seperti perubahan mikrobioma melalui perubahan nutrisi atau transplantasi feses dapat berguna untuk meningkatkan evolusi pasca strok.
Sementara itu, penelitian terpisah dipresentasikan oleh Cyprien Rivier dari Universitas Yale di Connecticut, Amerika Serikat menggunakan teknik statistik yang disebut pengacakan Mendelian. Mereka menyelidiki apakah hubungan antara risiko strok dan perubahan mikrobioma usus benar-benar kausal. Mereka menggabungkan data dari 2.300 peserta yang terlibat dalam Flemish Gut Flora Project. Ditambah 34.000 orang lainnya yang terdaftar dalam penelitian besar yang meneliti peran genetika dalam risiko strok.
Baca Juga: Ilmuwan Temukan Mikrob yang Bisa Mengurai Sampah Plastik, Seperti Apa?
Baca Juga: Mikroba dan Mineral Mungkin adalah Pemicu Oksigenasi Pertama Bumi
Baca Juga: Sendawa Mikroba Beracun Menyebabkan Kepunahan dalam Sejarah Bumi
Baca Juga: Bisakah Mikroba Berkomunikasi dengan Spesies Asing Seperti Alien?
Dalam studi ini para ahli mencari tahu apakah gen yang diketahui meningkatkan kemungkinan orang menyimpan spesies mikrob tertentu memengaruhi risiko mereka dari strok iskemik. Dari penelitian ini tim ilmuwan mengidentifikasi 26 spesies bakteri yang secara signifikan terkait dengan strok.
“Sebagian besar bakteri yang kami temukan terkait dengan risiko yang lebih rendah, tetapi lima di antaranya terkait dengan peningkatan risiko strok iskemik atau salah satu subtipe dari jenis strok ini,” kata Cyprien Rivier.
Adapun langkah selanjutnya adalah mengeksplorasi mekanisme di mana ada atau tidak adanya spesies tertentu berkontribusi terhadap risiko strok. Cyprien Rivier menjelaskan bahwa bakteri dapat melepaskan racun ke dalam darah. Bakteri juga dapat menghasilkan protein tertentu yang mengganggu proses fisiologis.
“Ada juga yang kita sebut sumbu mikrobiota-usus-otak, jalur dua arah antara otak dan mikrobioma, di mana otak mempengaruhi usus melalui saraf, dan mikrobioma pada gilirannya mempengaruhi organ, termasuk otak, terutama dengan mengubah tekanan darah,” jelas Cyprien Rivier.
Source | : | Medical News Today,The Guardian |
Penulis | : | Maria Gabrielle |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR