Nationalgeographic.co.id - Pada musim panas 1956, Marilyn Monroe, artis yang menjadi simbol perubahan sikap seksualitas itu datang ke Inggris. Dia menghabiskan empat bulan di sana bersama Arthur Miller, suaminya, untuk syuting film "The Prince and the Showgirl" yang juga dibintangi Sir Laurence Olivier.
Ternyata, kedatangannya ke Inggris itu ada maksud lain tersendiri bagi Monroe, dia ingin bertemu dengan Ratu Elizabeth II. Menurut Michelle Morgan sutradara dan penulis buku When Marilyn Met the Queen, ketertarikan Monroe dengan Ratu tumbuh selama dia tinggal di Englefield Green yang hanya berjarak enam kilometer dari Windsor Castle, Berkshire, Inggris.
"Mimpinya adalah minum teh di Buckingham Palace, dan humas Alan Arnold menemukan permintaan itu dalam daftar tugas hariannya," tulis Morgan dalam bukunya.
Pertemuan dua perempuan fenomenal itu baru ada ketika di penghujung perjalanannya ke Inggris pada 29 Oktober 1956. Saat itu Monroe diundang untuk menghadiri acara Royal Command Performance di Empire Theatre di Leicester Square, London, bersama beberapa artis paling terkenal pada masanya.
Baca Juga: Perubahan-perubahan Dramatis di Masa Kepemimpinan Ratu Elizabeth II
Baca Juga: Kisah Pilu Aktris di Zaman Romawi, Sering Diperlakukan sebagai Pelacur
Baca Juga: Roekiah, Aktris Sohor dan Ikon Kecantikan Pribumi di Akhir Kolonial
Sebenarnya, menjelang acara, penyelenggara meminta semua artis perempuan yang akan hadir agar berpakaian yang sesuai dengan protokol kerajaan. Karena lingkungan kerajaan sangat konservatif, para artis tidak boleh mengenakan gaun dengan potongan yang sangat rendah di bagian dada.
"Para pejabat mungkin telah menginstruksikan para hadirin perempuan untuk berpakaian konservatif, tetapi gaun yang dipilih Marilyn untuk bertemu Ratu Elizabeth II tidak seperti yang mereka pikirkan," ungkap Morgan disadur dari People.
Pada hari acara itu dimulai, Monroe telah bersiap-siap dengan menghabiskan waktu berjam-jam. Dia keluar di depan teater malam itu dan disorot kamera.
Rupanya, ia menggunakan gaun yang sangat ketat dengan potongan yang sangat rendah hingga bagian atas payudaranya terekspos. Gaun itu terbuat dari bahan lamé berwarna emas yang panjangnya sampai ke lantai, dan dilengkapi tali spageti di bagian bahu.
Begitu berada di dalam teater, Monroe bergabung dengan aktor lain di barisan penerima saat mereka menunggu kedatangan Ratu.
"Antreannya panjang, dan Marilyn sudah lebih dari setengah jalan. Kadang-kadang aktris itu menatap ke depan, dengan gugup menunggu gilirannya, tetapi ketika Ratu mendekat, Marilyn terlihat mengintip dan kemudian dengan bersemangat mengobrol dengan aktor Victor Mature," tulis Morgan.
Begitu Ratu mencapai Monroe, menurut Morgan, raja memberinya pandangan singkat ke atas dan ke bawah. Monroe kemudian mengambil tangan Ratu dan bersalaman dengannya dengan hormat yang sempurna.
Mereka sempat mengobrol selama beberapa menit "dan membahas topik termasuk bertetangga dengan Windsor dan bertemu Ratu tercinta," tulis Morgan.
"Sang Ratu sangat berhati hangat," kata Marilyn yang dikutip Morgan, dalam wawancara pada seorang wartawan setelah acara itu.
"Beliau memancarkan rasa manis. Beliau bertanya betapa sukanya aku tinggal di Windsor, dan aku berkata, 'Apa!' dan beliau mengatakan bahwa ketika saya tinggal di Englefield Green, dekat Windsor, kami ternyata tetanggaan. Jadi, aku memberi tahu beliau bahwa Arthur dan saya pergi bersepeda di taman."
Namun, masalah protokol gaun yang dipakai Monroe tidak begitu menjadi masalah bagi Ratu Elizabeth II. Morgan mengutip sebuah artikel yang muncul di majalah Inggris tahun 1961 tentang pandangannya, termasuk tentang pertunjukan Royal Command Performance 1956.
"Ratu menjadi terpesona dengan Marilyn dan menonton setiap filmnya," tulis Morgan.
"Dia rupanya memberi tahu temannya, 'Saya kira Nona Monroe adalah orang yang sangat manis. Tapi saya merasa kasihan padanya, karena dia sangat gugup sehingga dia menjilat semua lipstiknya'. Cuplikan acara tampaknya mendukung hal ini, karena Marilyn terlihat menjilati bibirnya saat dia menunggu rombongan kerajaan mencapainya."
Source | : | People |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR