Alih-alih permukiman, banyak benteng yang dikelola oleh legion Romawi di zona ini. Didukung oleh tentara Romawi, benteng ini berhasil mencegah pemberontakan serius.
Tingkat perubahan yang dipengaruhi oleh invasi Romawi bervariasi dari satu daerah ke daerah lain.
Di kota-kota, bahasa sehari-hari yang digunakan adalah bahasa Latin. Terutama saat transaksi perdagangan.
Semua tren budaya utama dalam kehidupan Kekaisaran Romawi akhirnya masuk ke Inggris juga. “Ini termasuk gaya artistik, gaya berpakaian, dan bahkan agama,” imbuh Paxton.
Dari sekitar abad ke-3, agama Kristen muncul di Inggris dan diterima dengan baik di kota. Tentu saja agama yang disebarkan oleh bangsa Romawi memiliki banyak saingan. Ada lusinan kultus lain yang dipraktikkan di kota-kota Inggris, sama seperti di semua kota Romawi lainnya.
Orang Inggris memiliki pusat ritual yang terkenal dan menarik peziarah untuk mengunjunginya. Aquae Sulis, berada di barat Inggris, memiliki sumber air panas yang indah. Penduduk asli Inggris menggunakan situs itu untuk memuliakan dewi mereka, Sulis.
Bangsa Romawi sering mengambil alih dan mengadopsi dewa-dewa dari daerah yang ditaklukkan. Tidak terkecuali dewi Sulis. Bagi orang Romawi, dewi ini mirip dengan dewi kebijaksaan Romawi, Minerva. Maka pemujaan gabungan pada kedua dewi, Sulis Miverva, mulai dilakukan.
Sebagian besar orang yang tinggal di koloni Romawi, tentu saja, adalah petani. Mereka hidup di wilayah pertanian yang sangat sederhana. Tanaman yang ditanam pun untuk dikonsumsi sendiri. Jika ada sisa, mereka akan menjualnya di pasar.
Di pedesaan, penetrasi bahasa Latin terbatas sehingga bahasa Inggris terus digunakan. Demikian juga dengan agama. Sangat sedikit yang menganut agama Kristen, orang di pedesaan masih terus menyembah dewa-dewa pagan selama periode pendudukan Romawi.
Penyebaran koin Romawi di Inggris
Salah satu perubahan paling signifikan dalam kehidupan sehari-hari di Inggris adalah pengenalan mata uang Romawi. Koin Romawi dalam denominasi kecil banyak ditemukan di seluruh Inggris, bahkan di situs pedesaan yang tenang.
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR