Bagaimana penyakit ini diobati?
Thucydides melaporkan bahwa banyak pasien meninggal dalam waktu tujuh sampai sembilan hari setelah terinfeksi. Jika berhasil melewati tahap pertama, mereka menderita ulserasi usus yang parah disertai diare.
Belum pernah menemukan penyakit seperti ini, membuat dokter di masa itu tidak berdaya mengatasi pagebluk.
“Tidak ditemukan obat yang dapat digunakan sebagai obat khusus,” tulis Thucydides, “obat yang baik untuk satu orang, bisa berbahaya bagi orang lainnya.”
Penyakit menular itu membahayakan mereka yang merawat orang sakit. Para dokter terkena pukulan keras sejak dini. Konsekuensi dari menangani orang sakit adalah kematian. Namun jika dokter tidak turun tangan, siapa yang akan melakukannya?
Infeksi tampaknya membawa serta kekebalan. Mereka yang terinfeksi biasanya tidak akan terinfeksi lagi. Atau jika ya, efeknya tidak terlalu parah. Meski begitu, wabah memberikan efek samping yang parah. Beberapa orang mengalami kehilangan seluruh ingatan dan tidak mengenal diri mereka sendiri atau teman-teman mereka. Banyak orang sembuh namun menderita kerusakan permanen pada jari tangan dan kaki, alat kelamin, dan mata.
Pagebluk itu juga menyebabkan kerusakan parah pada kehidupan sehari-hari orang Athena. Menurut Thucydides, "mayat orang-orang sekarat tergeletak dan orang setengah mati terhuyung-huyung di jalanan."
Menumpuknya korban dan situasi yang genting membuat orang-orang tidak punya waktu untuk melakukan upacara kematian.
Beberapa jenazah dikremasi pada waktu yang sama di atas tumpukan kayu yang sama.
Kerusuhan akibat wabah
Sumber penghasilan orang kaya Athena hancur akibat pagebluk. Sementara orang miskin menjadi kaya karena mencuri aset orang yang mati akibat sakit. Mereka tidak takut dihukum karena mencuri karena kematian tampak lebih nyata dibanding pengadilan.
Banyak yang percaya bahwa pagebluk ini merupakan hukuman dewa atas perbuatan yang salah. Menurut Thucydides, para tetua berbicara tentang ramalan pagebluk besar yang akan terjadi setelah ‘perang Dorian’. Sparta adalah Dorian, keturunan orang-orang kuno yang telah menetap di Peloponnese.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR