Nationalgeographic.co.id—Sekitar tahun 1700-an, PDB Kekaisaran Mughal telah meningkat menjadi 24% dari ekonomi dunia melampaui Cina dan seluruh Eropa Barat. Kekaisaran Mughal menjadi kekuatan ekonomi yang dominan di dunia.
Kekaisaran Mughal, yang dikenal juga sebagai Kekaisaran Mogul, memerintah sebagian besar Pakistan, Bangladesh, dan India saat ini pada abad ke-16 dan ke-17.
Kaisar Mughal pertama, Kaisar Babur, adalah keturunan Jenghis Khan dan Tamerlane. Mereka memiliki keinginan untuk penaklukan dalam DNA mereka.
Tercatat dalam sejarah bahwa pada masa kaisar ketiganya, Mughal telah mencapai masa keemasannya. Kaisar Mughal ketiga, Akbar, adalah salah satu penguasa terbaik dalam sejarah manusia.
Kala itu, "Mughal menjadi pemimpin dunia di bidang manufaktur pada akhir abad ke-17, menghasilkan 25% dari output industri dunia," tulis Peter Preskar kepada History of Yesterday.
Peter Preskar menulis artikel berjudul Mughal Empire Dominated the World: The richest empire of the 17th century yang terbit pada 21 Agustus 2020.
Akbar memperluas ukuran kerajaan, mengizinkan kebebasan beragama, meningkatkan hak asasi manusia, dan sistem pendidikan.
Umat Hindu bisa mendapatkan posisi senior di pemerintahan dan militer. Dia juga menerapkan reformasi yang mengarah pada kemakmuran ekonomi dan stabilitas Kekaisaran Mughal.
Orang-orang Eropa menghubungkan perjalanan ke seluruh dunia melalui jalur laut dan Kekaisaran Mughal menjadi terintegrasi ke dalam jalur perdagangan internasional.
Melalui perdagangan, perak dari Amerika Spanyol mengalir ke kekaisaran. Rempah-rempah dari Timur Jauh melakukan perjalanan melalui kekaisaran ke Eropa. Rempah yang paling banyak diperdagangkan ialah lada hitam yang berasal dari India.
Eropa menginginkan produk Mughal, terutama tekstil katun dan sutra. Kain katun berkualitas tinggi dari India jauh lebih nyaman dipakai daripada wol atau linen.
Peter Preskar menyebut bahwa sebenarnya, kata bahasa Inggris untuk pijama berasal dari kata Hindi "piyama", yang berarti "celana longgar."
Source | : | History of Yesterday |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR