Nationalgeographic.co.id - Jumlah orang kaya di Bumi memang sedikit dibandingkan dengan kalangan ekonomi yang lebih rendah. Kehidupan para tokoh kaya raya pun menjadi motivasi bagi masyarakat kelas ekonomi ke bawah. Seolah kekayaan yang dimilikinya berkat usaha jerih payah.
Orang kaya bisa membeli apa pun yang mereka mau karena uangnya lebih banyak. Rasa 'keinginan tak terbatas' ini menjebak banyak orang pada budaya konsumerisme. Budaya ini berbahaya bagi keberlanjutan karena akan terus memicu produksi yang pada akhirnya menghasilkan limbah.
"Ideologi keinginan yang tidak terbatas, ketika digambarkan sebagai sifat manusia, dapat menciptakan tekanan sosial bagi orang untuk membeli lebih dari yang sebenarnya mereka inginkan," jelas Paul Bain dari Department of Psychology at the University of Bath, Inggris, dikutip dari rilis.
Dia bersama tim membuat studi yang diterbitkan Kamis 16 Juni 2022 di jurnal Nature Sustainability berjudul "Evidence from 33 countries challenges the assumption of unlimited wants". Mereka mengungkap, banyak orang yang enggan untuk jadi kaya raya dan merupakan kabar baik untuk keberlangsungan planet Bumi.
Mereka melakukan survei pada 8.000 orang dari 33 negara di enam benua. Survei mereka mencatat berapa banyak uang yang diinginkan orang untuk mencapai 'kehidupan yang benar-benar ideal'.
Orang di 86 persen negara mengira kehidupan ideal bisa dicapai jika mereka memiliki uang 10 juta dolar AS (Rp148 miliar) atau kurang. Di beberapa negara lainnya bahkan mereka bisa mendapat kehidupan ideal jika punya uang satu juta dolar AS (Rp15 miliar).
Angkanya mungkin masih terkesan sangat banyak. Akan tetapi, para peneliti berpendapat, jika dianggap sebagai perwakilan kekayaan ideal seseorang untuk sepanjang hidupnya, angka-angka itu relatif moderat.
"Menemukan bahwa kehidupan ideal kebanyakan orang sebenarnya cukup moderat dapat membuat orang lebih mudah secara sosial untuk berperilaku dengan cara yang lebih selaras dengan apa yang membuat mereka benar-benar bahagia dan untuk mendukung kebijakan yang lebih kuat untuk membantu melindungi planet ini," lanjut Bain.
Baca Juga: Cerita Hidung Belang yang Berakhir di Tiang Gantungan Batavia
Baca Juga: Alam Menolong Kesehatan Mental Manusia, tapi Hanya untuk Orang Kaya?
Baca Juga: Perbedaan si Kaya dan si Miskin dalam Makan dan Minum di Romawi
Baca Juga: Oei Tiong Ham: Miliarder di Hindia-Belanda dan Akhir Bisnisnya
Source | : | University of Bath |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR