Nationalgeographic.co.id - Sekali waktu, Gunung Vesuvius dianggap ilahi oleh bangsa Romawi. Kemudian, pada tahun 79 Masehi, sang Dewa memuntahkan murkanya. Dengan cepat ia mengubur Pompeii, Herculaneum, dan kota-kota lainnya dengan abu. Kini, kota-kota yang terkubur itu bak ‘tambang emas’ bagi para arkeolog. Ini termasuk mempelajari makanan yang dikonsumsi korban Vesuvius itu. Di Herculaneum, makan telur dan produk susu dianggap tidak jantan.
Analisis 17 sisa-sisa korban Vesuvius di Herculaneum menunjukkan bahwa pria dan wanita memiliki diet yang berbeda, lapor Silvia Soncin dari University of York. Penelitiannya diterbitkan dalam jurnal American Association For The Advancement Of Science.
Kita berimajinasi bahwa meja-meja makan bangsa Romawi dipenuhi dengan daging babi, lidah burung, saus ikan garum, dan anggur.
Namun tim menemukan bahwa pria Herculaneum mengonsumsi lebih banyak ikan dan sereal. Sementara wanita makan lebih banyak daging, telur, dan susu. Mengapa ada perbedaan jenis makanan antara pria dan wanita? Setidaknya ini yang ditemukan pada 17 penduduk Herculaneum yang diteliti.
Perbedaan jenis makanan ini menunjukkan bukti kuat superioritas pria Romawi di masa itu.
Bagaimana peneliti mengetahui apa yang dikonsumsi para korban Vesuvius?
Letusan Vesuvius pada tahun 79 Masehi disebut-sebut sebagai letusan epik oleh dunia klasik.
Plinius yang Muda menggambarkan kejadian itu dalam surat yang ditulisnya pada sejarawan Romawi Tacitus. “Pertama datang getaran, kemudian menjadi cukup keras sehingga mendorong orang-orang untuk meninggalkan kota di tengah kepanikan.”
Plinius melihat laut seakan tersedot oleh gempa bumi, ikan-ikan terdampar di pantai berpasir kering. Awan hitam yang mengerikan dikoyak oleh nyala api yang memancar dan lidah api seperti kilat besar.
“Kemudian saya berbalik dan melihat awan hitam tebal bergerak di atas tanah di belakang kami seperti banjir,” tulisnya.
Hujan abu dan batu apung dari Vesuvius serta aliran piroklastik membakar dan mengubur orang-orang di kota-kota terdekat. Di Pompeii, aliran vulkanik begitu panas sehingga otak seorang pria berubah menjadi kaca. Sekitar seribu korban telah ditemukan di Pompeii dan 340 di Herculaneum, kebanyakan di pantai. Kedua angka tersebut menunjukkan bahwa banyak orang yang berhasil melarikan diri atau belum berhasil ditemukan.
Di Herculaneum, para arkeolog menemukan kerangka para korban, beberapa masih dalam posisi terakhir tewas. Bagaimana peneliti mengetahui apa yang mereka makan?
Dalam penelitian ini, mereka memeriksa nilai isotop stabil asam amino dari kolagen tulang. Model statistik digunakan untuk menggabungkan pengetahuan tentang sintesis protein. “Kami mampu merekonstruksi diet tujuh orang dewasa dari Herculaneum dengan resolusi yang belum pernah terjadi sebelumnya,” klaim Soncin.
Mereka berasumsi bahwa majikan dan budak memiliki ‘kelas’ makanan yang berbeda. Dalam sebuah penelitian terpisah ditemukan bahwa orang Minoa menganggap bahwa gandum itu berkelas dan lentil dikonsumsi rakyat rendahan. Norma serupa mungkin diterapkan lebih dari seribu tahun kemudian di bawah bayang-bayang gunung Vesuvius.
Baca Juga: Temuan Kerangka Pria Berwarna Merah di Kota Kuno Herculaneum, Italia
Baca Juga: Pernah Hancurkan Dua Kota Romawi, Akankah Vesuvius Meletus Lagi?
Baca Juga: Kisah Pilu Pria yang Gagal Melarikan Diri dari Letusan Vesuvius
Analisis tulang menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam kebiasaan konsumsi pria dan wanita di kota Herculaneum.
Dari hasil perhitungan, pria memperoleh 1,6 kali lebih banyak protein dari makanan laut daripada wanita. Mengapa perbedaan ini terjadi. Ada beberapa kesimpulan yang diambil.
Pertama, mungkin ada kendala dan larangan budaya terkait dengan jenis makanan yang dikonsumsi. Kedua, bisa jadi pria merasa telur dan produk susu tidak jantan.
Kemungkinan lain: pekerjaan berdasarkan jenis kelamin. Para pria memancing dan mengonsumsi hasil tangkapan mereka. Tim juga menambahkan jika kaum pria Romawi dapat dibebaskan dari perbudakan pada usia yang lebih muda daripada wanita. Secara umum, mereka memiliki lebih banyak akses ke komoditas mahal, seperti ikan segar.
Tim tidak membuat pernyataan tentang kebiasaan diet Romawi secara umum. Penelitian ini khusus untuk sekelompok kecil orang di Herculaneum kuno. Karena jumlah sampelnya kecil, penelitian lain masih dibutuhkan. Apa yang ditemukan dari 17 penduduk Herculaneum belum tentu mewakili norma pada saat itu.
Namun apa pun yang dikonsumsi, bangsa Romawi menikmati makanannya dengan garum. Saus menyengat dari fermentasi ikan ini sangat digemari oleh bangsa Romawi kuno. Saking menyengatnya, produksinya tidak boleh dilakukan di kota-kota besar.
Source | : | Haaretz |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR