Nationalgeographic.co.id—Pada 2021, sebuah survei yang dikutip di jurnal The Lancet mengatakan satu dari sepuluh wanita di dunia mengalami keguguran. Banyak wanita hamil yang selama ini salah menduga bahwa keguguran disebabkan karena aktivitas berat, padahal penyebabnya belum tentu itu.
Sebuah penelitian di Milner Center for Evolution di University of Bath, Inggris, bahkan menyebut embrio ikan bisa lebih baik-baik saja dibanding embrio manusia dalam masalah pertahanan. Para peneliti melaporkan, setengah dari telur yang dibuahi justru mati sangat awal, bahkan sebelum seorang ibu tahu bahwa dirinya hamil.
Penelitian itu diterbitkan di jurnal PLOS Biology yang diterbitkan 5 Juli 2022, yang membuka wawasan mengenai apa penyebabnya. Wawasan ini mereka harapkan bisa membuka peluang untuk pengobatan kandungan. Makalah itu berjudul Selfish centromeres and the wastefulness of human reproduction.
Alasannya ada pada kromosom, terang para peneliti. Embrio ternyata kerap memiliki jumlah kromosom yang salah. Telur yang dibuahi semestinya punya 46 kromosom yang terdiri dari 23 ibu di sel telur dan 23 dari ayah di dalam sperma.
"Sangat banyak embrio memiliki jumlah kromosom yang salah, sering kali 45 atau 47, dan hampir semuanya mati di dalam rahim. Bahkan dalam kasus seperti sindrom Down dengan tiga salinan kromosom 21, sekitar 80% sayangnya tidak akan membuat itu untuk jangka," kata Laurence Hurst, penulis studi yang merupakan profesor di Milner Centre for Evolution. Dikutip dari Science Daily.
Dia menyatakan ada lebih dari 70 persen sel telur yang memiliki kromosom yang salah. Hal ini menjadi salah satu faktor mengapa embrio bisa gagal tumbuh, jika seandainya sperma ayah kromosomnya tidak salah.
Kesalahan lainnya bisa disebabkan adalah dari produksi sel telur. Produksi biasanya membuat sel telur rentan terhadap mutasi yang mengganggu proses. Akibatnya, ada semacam sifat 'egois' yang muncul dari produksi sel telur yang bermutasi. Ini bisa terjadi pada 50 persen sel telur dengan memaksa kromosom pasangan untuk dihancurkan (penggerak sentromer).
Pengetahuan tentang faktor kesalahan kedua itu telah lama diketahui pada tikus dan dicurigai bisa terjadi pada manusia. Akan tetapi, para ilmuwan belum memastikan bagaimana masalah kehilangan atau penambahan kromosom.
"Langkah pertama produksi sel telur ini aneh," Hurst berpendapat. "Satu kromosom dari pasangan akan pergi ke sel telur yang lain untuk dihancurkan. Tetapi jika kromosom 'tahu' akan dihancurkan, tidak ada ruginya, begitulah.
Apa yang menyebabkan tumbuh atau hilangnya kromosom pada manusia adalah tingkat kandungan protein Bub1. Dia menjelaskan, "Tingkat Bub1 turun seiring bertambahnya usia ibu dan tingkat masalah kromosom embrio meningkat. Mengidentifikasi protein penekan ini dan meningkatkan kadarnya pada ibu yang lebih tua dapat memulihkan kesuburan."
"Saya juga berharap bahwa wawasan ini akan menjadi salah satu langkah untuk membantu para wanita yang mengalami kesulitan hamil, atau mengalami keguguran berulang."
Dia mencoba mengamati mutasi egosi ini pada mamalia. Dia bertanya-tanya, apa yang membuat produksi telur ada yang terlalu banyak atau terlalu sedikit kromosom secara evolusioner. Padahal, mamalia betina sering berusaha memberi makan untuk janinnya supaya bisa berkembang di rahim. Kebiasaan ini memberi keuntungan bagi embrio yang berkembang dari telur yang mengalami kesalahan.
Mamalia yang punya risiko kematian embrio karena kesalahan kromosom tertinggi adalah sapi. Tikus dan babi, golongan embrio yang lebih banyak, justru memiliki tingkat yang agak lebih rendah.
Hurst tidak menemukan kasus seperti ini pada ikan dan amfibi. Berdasarkan pengamatannya, lebih dari 2000 embrio ikan tidak ditemukan kesalahan kromosom sama sekali pada induknya. Begitu pula pada burung yang.
Baca Juga: Polusi Buruk Bisa Sangat Berdampak pada Bayi Kandungan Ibu Hamil
Baca Juga: Aborsi Selektif di India Lebih Rendah di Distrik Legislator Muslim
Baca Juga: Bayi Terpapar Ganja di Rahim Berisiko Tinggi Alami Masalah Kesehatan
Baca Juga: Ternyata, Kotoran Bayi Dapat Menjadi Sumber Probiotik yang Bermanfaat
"Bukti molekuler yang luar biasa baru-baru ini telah menemukan bahwa ketika beberapa kromosom mendeteksi bahwa mereka akan dihancurkan selama langkah pertama ini, mereka mengubah apa yang mereka lakukan untuk mencegah kehancuran, yang berpotensi menyebabkan hilangnya atau bertambahnya kromosom, dan kematian embrio," lanjutnya.
"Apa yang luar biasa, adalah jika kematian embrio menguntungkan keturunan lain dari ibu itu, karena kromosom egois akan sering ada pada saudara dan saudari yang mendapatkan makanan tambahan, mutasi lebih baik karena membunuh embrio."
Di satu sisi, berdasarkan pengamatan pada tikus, kesalahan kromosom yang menyebabkan kematian embrio bisa memberi peluang untuk pembuahan berikutnya selamat. Embrio yang mati akan menjadi sumber dayanya.
Hurst menduga bahwa manusia memang makhluk yang sangat rentan. Manusia biasanya hanya punya satu bayi pada satu waktu dan kematian embrio sejak dini memungkinkan bagi ibu untuk bereproduksi dengan cepat lagi.
Source | : | Science Daily |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR