Nationalgeographic.co.id—Tunai sudah tugas Aristoteles sebagai mentor Alexander Agung. Setelah kematian kawannya Philip II, yang digantikan Alexander III, ia kembali ke Athena untuk menyebarkan pengetahuan.
Yunani saat itu sudah disatukan di bawah kekuasaan sang raja muda itu. Aristoteles tentu punya status istimewa sebagai orang yang dekat dengan Makedonia di Athena, walau tak sedikit ancaman yang menghantuinya dari para kalangan yang melawan.
Ketika kembali ke Athena usianya 50 tahun di tahun 335 SM. Ia mendirikan sekolahnya sendiri di gimnasium yang dikenal sebagai Lyceum. Mungkin ia kecewa di Akademia—tempatnya belajar dulu—karena tidak menjadi penerus Plato, padahal dia merupakan murid unggulan. Lokasinya berada di luar batas kota Athena sebelah timur. Pada tahun ini juga, Alexander memulai ekspedisinya ke Asia.
Ketika mendirikan Lyceum, Aristoteles mengawalinya dari perpusatakaan besar dan mengumpulkan murid dari sekitar yang brilian. Murid-murid ini disebut peripatetik yang diambil dari nama biara (peripatos). Mereka suka berjalan-jalan dan mendengarkan diskusi Aristoteles.
Anselm H. Amadio, pengajar filsafat Illinois Institute of Technology, Chicago, AS, menerangkan di Encyclopædia Britannica, Lyceum bukan klub pribadi seperti Akademia. Di sana ada kuliah terbuka untuk umum dan diberikan secara gratis.
Ada banyak pembelajaran yang dilakukan di Lyceum. Risalah utamamanya adalah fisika, metafisika, psikologi, etika, dan politik. Tulisannya terus ditulis ulang dan diperbarui, tetapi tidak ada kepastian tentang urutan kronologisnya.
"Karya-karya Aristoteles, meskipun tidak dipoles seperti karya Plato, sistematis dengan cara yang tidak pernah dilakukan Plato. Dialog Plato terus-menerus bergeser dari satu topik ke topik lain, selalu (berdasarkan perspektif modern) melintasi batas-batas antara berbagai disiplin filsafat atau ilmiah," tulis Amadio.
Baca Juga: Belajar di Akademia, Pusat Pendidikan Yunani Kuno oleh Plato
Baca Juga: Seperti Arisan, Orang Yunani Mengundi Pejabat: Bisakah untuk Pemilu ?
Baca Juga: Pengadilan Yunani Kuno Atas Socrates, Apa yang Menyebabkannya Dihukum?
Baca Juga: Aristoteles di Yunani dan Nasibnya karena Kedekatan dengan Makedonia
"Memang, tidak ada yang namanya disiplin intelektual sampai Aristoteles menemukan gagasan itu selama periode Lyceum-nya."
Dia membagi ilmu menjadi tiga jenis, yakni produktif, praktis, dan teoritis. Ilmu produktif berhubungan dengan memiliki hasil, seperti teknik dan arsitektur yang menghasilkan jembatan dan rumah. Ilmu praktis adalah ilmu yang memandu perilaku seperti etika dan politik. Kemudian, teroritis adalah ilmu yang menghasilkan produk dan tujuan praktis, di mana informasi dan pemahaman dicari untuk tujuan mereka sendiri.
Ada banyak pekerjaan yang dihasilkan oleh Aristoteles selama di Lyceum. Beberapa di antaranya ada yang diterbitkan tetapi hampir seluruhnya hilang, dan juga diterbitkan tetapi dikumpulkan atau disimpan oleh orang lain.
Karya-karya yang hilang itu seperti puisi, surat, esai, dan dialog Platonis. Filsuf Yunani Alexander dari Afrodisias (hidup sekitar abad kedua Masehi), mengatakan bahwa karya Aristoteles sebenarnya dapat mengungkapkan kebenaran, yaitu 'eksoteris' untuk konsumsi publik, dan 'esoteris' untuk murid-murid Lyceum.
Sementara karya-karya yang berhasil adalah manuskrip Aristoteles setelah kematiannya. Diperkirakan karya itu selamat karena diwariskan dan disembunyikan oleh Neleus dan Scepsis, untuk mencegah disita untuk raja-raja Pergamus (Turki kini).
Ada pula riwayat yang mengatakan buku-buku itu dibeli oleh seorang kolektor dan dibawa ke Athena. Pada saat itu, komandan Romawi Sulla menaklukan Athena pada 86 SM. Karya-karya Aristoteles dibawa ke Roma dan diterbitkan, bahkan sempat disunting pada 60 SM oleh Andronicus dari Rhodes, kepala Lyceum terakhir.
Berdasarkan penggalian arkeologis di Athena, Yunani, lokasi Lyceum tampaknya tidak hanya sekadar tempat pembelajaran otak saja. Para arkeolog menemukan konstruksi yang berbeda dari sumber-sumber sastra tentang Lyceum.
Temuan itu berupa ruang ganti, dromoi (lintasan lari), dan peripatoi (jalanan), gedung gimnasium dan palaistra (sekolah gulat), cagar budaya, area tempat duduk dan stoa (jalanan dengan serambi tertutup).
Aristoteles tidak lama di Lyceum. Semenjak hubungannya mendingin dengan Alexander Agung, penjagaan Makedonia untuk Aristoteles minim. Tahun 323, dikabarkan Alexander Agung benar-benar meninggal di Babilonia, Persia--setelah sebelumnya kerap ada kabar palsu Alexander wafat--dia diincar oleh kalangan pendukung kemerdekaan Athena dari Makedonia.
Dia terpaksa meninggalkan Athena untuk menyelamatkan diri dari sentimen anti-Makedonia. Setahun berikutnya, Athena menuduhnya atas ketidaksopanan dan penistaan. Dia pindah ke Euboea meninggalkan karya-karyanya di Lyceum. Tidak ada catatan jelas yang menunjukkan tentang Aristoteles sempat singgah kembali ke 'kampus' yang didirikannya.
Source | : | Encyclopaedia Britannica,National Geographic Indonesia |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR