Baca Juga: Gusti Noeroel, Permata Mangkunagaran Penyatu Wangsa Mataram
Baca Juga: Mangkunegara VII: Andil Besarnya bagi Sepak Bola di Surakarta
Baca Juga: Di Balik Agresi Militer, Dukungan Mangkunagara untuk Laskar Rakyat
Baca Juga: Mengenal Puro Mangkunegaran dan Modernitas Batiknya
Selepas masuknya Jepang ke Surakarta pada tahun 1942, bangunan ini lebih banyak digunakan sebagai balai pertemuan bagi para tokoh kemerdekaan. Mangkunegara VII memberikan keleluasaan kepada para tokoh untuk menyusun kekuatannya.
Hingga masa kemerdekaan, Societeit Sasono Suko akhirnya kembali beralih fungsi. Tepat pada 9 Februari 1946, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) di deklarasikan di tempat ini. "Inilah momentum penting media elektronik pada zaman kemerdekaan," tulis Pemkot Surakarta dalam laman resminya.
Menurut laman resminya, para jurnalis senior, seperti Rosihan Anwar, BM Diah dan S Tahsin menginisiasi pendirian yayasan yang menaungi berbagai perjalanan kesejarahan pers Indonesia. Akhirnya yayasan ini diresmikan pada 22 Mei 1956 dengan menyimpan berbagai koleksi yang mayoritas pemberian Soedarjo Tjokrosisworo.
Barulah pada tanggal 9 Februari 1978, gedung ini diresmikan oleh Presiden Soeharto sebagai Monumen Pers Nasional Surakarta yang berdiri kokoh sampai hari ini.
Sanggup Serap Ratusan Juta Ton CO2, Terobosan Ini Diklaim Cocok Diterapkan di Indonesia
Source | : | Jurnal Candi |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR