Laporan penelitian yang diterbitkan pada bulan Oktober 2021 di jurnal Science menunjukkan bahwa sepertiga gajah betina tersebut memiliki salinan dua gen yang telah bermutasi —dalam kondisi norman salinan gen itu berfungsi mendorong perkembangan gading. Biasanya, kondisi tanpa gading hanya terjadi pada sekitar 2 hingga 4 persen gajah Afrika betina, tapi kali ini terjadi pada hingga sepertiga kawanan.
7. Migrasi paus mencatatkan rekor baru
Seberapa jauh paus dapat berenang? Seekor paus abu-abu memecahkan rekor dunia untuk vertebrata laut, melakukan perjalanan lebih dari 16.700 mil —lebih dari separuh dunia, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan pada bulan Juni 2021 di jurnal Biology Letters. Cetacea jantan itu, yang terlihat di Namibia pada tahun 2013, juga merupakan paus abu-abu pertama yang pernah diamati di belahan bumi selatan.
Ketika rekan penulis studi Simon Elwen, seorang ahli zoologi di University of Stellenbosch, Afrika Selatan, pertama kali mendengar penampakan paus itu tahun 2013, dia skeptis.
"Ini seperti seseorang yang mengatakan bahwa mereka melihat beruang kutub di Paris—secara teknis bisa sampai di sana, tapi sepertinya tidak terlalu realistis." Tetapi penelitian menunjukkan bahwa gen paus itu cocok dengan gen dari populasi yang diketahui di Pasifik Utara.
8. Kuda liar dan keledai menggali sumur gurun
Meskipun beberapa orang menganggap kuda dan keledai liar, atau burro, sebagai ancaman yang diperkenalkan, hewan-hewan itu dapat memengaruhi lingkungan mereka dengan cara yang membantu hewan-hewan lain.
Pada bulan April 2021 di jurnal Science, para ilmuwan melaporkan hewan-hewan ini dapat menggunakan kuku mereka untuk menggali lebih dari enam kaki untuk mencapai air tanah, pada gilirannya menciptakan oasis yang berfungsi sebagai anugerah bagi satwa-satwa liar lainnya.
Tim menemukan sumur seperti itu di Gurun Sonora, di Arizona barat, dan di Gurun Mojave, mencatat total 57 spesies yang mengunjungi sumber air. Ini termasuk luak Amerika; beruang hitam; dan sederet burung, termasuk beberapa spesies yang menurun, seperti burung hantu elf.
Perilaku tersebut sesuai dengan definisi "rekayasa ekosistem," sebuah fenomena di mana satwa-satwa liar mengubah lingkungan mereka, kata penulis studi Erick Lundgren, seorang peneliti postdoctoral di Aarhus University di Denmark.
9. Siput laut ini memenggal kepalanya sendiri
Biasanya, ketika seekor binatang kehilangan kepalanya, kehidupan binatang itu berakhir. Tapi tidak demikian untuk beberapa siput laut. Seperti yang dijelaskan dalam sebuah penelitian yang diterbitkan pada bulan Maret 2021 di jurnal Current Biology, dua spesies hewan laut itu dapat memenggal kepala mereka sendiri. Setiap kepala yang terpotong kemudian dapat meregenerasi tubuh yang sama sekali baru.
Makhluk-makhluk ini juga tidak biasa karena mereka dapat mencuri kloroplas dari ganggang dan berpotensi memanen energi dari matahari di dalam tubuh mereka sendiri.
Para peneliti tertarik pada contoh ekstrem dari regenerasi tubuh tersebut, yang dapat berimplikasi pada pengobatan manusia.
10. Semut bisa mengecilkan dan menumbuhkan kembali otaknya
Semut-semut pelompat India, spesies dengan rahang seperti tang dan mata hitam besar yang menghuni hutan di sepanjang pantai barat India, memiliki cara yang aneh untuk memilih ratu. Untuk melakukannya, para semut pekerja menjadi tuan rumah kompetisi di mana pemenangnya menjadi penguasa kerajaan semut, yang mampu menghasilkan telur-telur. Indung telur semut betina pemenang itu kemudian mengembang, dan otaknya menyusut hingga 25 persen.
Tetapi ratu-ratu ini juga dapat dilepas dari takhtanya dan menjadi pekerja lagi, menyebabkan organ-organ reproduksi mereka menyusut dan otak berkembang sekali lagi—suatu prestasi luar biasa yang sebelumnya tidak diketahui terjadi pada serangga, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan pada bulan April 2021 di jurnal Royal Society B: Biological Sciences..
"Di dunia hewan," jelas pemimpin studi Clint Penick, dari Kennnisaw State University di Georgia, "tingkat plastisitas ini —dan terutama plastisitas yang dapat dibalik/dipulihkan— cukup unik."
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR