Mohir Kumar menyebut bahwa di Roma kuno, bejana untuk mengumpulkan urin adalah hal yang biasa terlihat di jalan-jalan—orang yang lewat akan buang air di dalamnya dan ketika tong penuh isinya dibawa ke fullonica (cucian), diencerkan dengan air dan dituangkan ke pakaian kotor.
Baca Juga: Kekaisaran Romawi Dilelang, Siapa Orang 'Beruntung' yang Membelinya?
Baca Juga: Siapa Pria Terkejam di Romawi yang Suka Melempar Budak ke Kolam Belut?
Baca Juga: Tujuh Fakta Unik Bangsa Celtic: Pemburu Kepala hingga Prajurit Wanita
Baca Juga: Carnivalesque, Ritual Pemakaman Romawi yang Penuh Kegembiraan dan Tawa
Ia menulis fakta tersebut kepada Smithsonian Magazine dalam artikelnya yang berjudul From Gunpowder to Teeth Whitener: The Science Behind Historic Uses of Urine. Artikelnya diterbitkan pada 20 Agustus 2013.
"Urin selalu penting bagi kemajuan ilmiah dan industri, sedemikian rupa sehingga orang Romawi kuno tidak hanya menjual urin yang dikumpulkan dari urinoir umum, tetapi mereka yang memperdagangkan urin harus membayar pajak," tulis Kumar.
Meski begitu, urin tetap berguna di zaman modern ini, dimana urin juga berguna sebagai sumber tenaga listrik. Bakteri pemakan urin dapat menciptakan arus yang cukup kuat untuk menyalakan ponsel.
Simak kisah-kisah selidik sains dan gemuruh penjelajahan dari penjuru dunia yang hadir setiap bulan melalui majalah National Geographic Indonesia. Cara berlangganan via bit.ly/majalahnatgeo
Source | : | owlcation.com,Smithsonian Magazine |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR