Nationalgeographic.co.id—Dalam sejarah, siapa pun tidak dapat menyangkal fakta bahwa kekaisaran Romawi adalah imperium terbesar dan kekuatannya diperhitungkan di zaman kuno.
Hal itu dapat dibuktikan, "dalam waktu kurang lebih 1500 tahun, Romawi berhasil menaklukkan separuh Eropa, sebagian Asia, dan sebagian Afrika," tulis Ravi Rajan kepada Owlcation.
Ravi menulis sebuah artikel berjudul 5 Disgusting Habits That Were Perfectly Normal in Ancient Rome yang terbit pada 24 April 2022. Ia membeberkan sejumlah fakta yang mencengangkan tentang orang Romawi.
Orang-orang Romawi punya peradaban yang maju. Mereka menyatukan wilayah mereka yang luas dengan kemajuan ilmiah, filosofis, medis, dan teknologi yang mencengangkan. Namun, hal itu juga tidak lepas dari kehidupan mereka yang tidak higienis.
"Hampir tidak mungkin untuk membayangkan bagaimana peradaban yang begitu maju memiliki kebiasaan higienis yang buruk," tambah Ravi.
Bangsa Romawi mengambil penggunaan urin ke tingkat yang sama sekali berbeda: selain mencuci pakaian, mereka juga menggunakannya sebagai pupuk untuk menanam buah-buahan. Lebih jauh dan menjijikannya lagi, mereka menggunakan urin untuk memutihkan gigi.
Orang Romawi menggunakan air seni untuk membersihkan dan memutihkan gigi mereka, mengubah nafas pagi menjadi bau yang sama sekali berbeda. Tentu, zat amonia, yang menghilangkan noda adalah kunci dari penggunaan urin mereka.
Digunakan sebagai obat kumur, orang Romawi percaya bahwa air seni menjaga gigi mereka tetap bersih dan putih. Bahkan, penyair Romawi Catullus pernah mengejek musuhnya yang bergigi bersih, Egnatius, dengan mengatakan:
"Semakin putih dan tinggi polesan pada gigimu, semakin menunjukkan bahwa kamu telah banyak meminum air kencingmu sendiri."
Lebih lanjut, kaisar Romawi Vespasianus terkenal memberlakukan 'pajak urin' dengan mengenakan pajak pada tempat sampah umum tempat orang membuang urin yang dikumpulkan dari toilet.
"Pajak itu begitu menggiurkan bahkan diteruskan oleh penggantinya Titus. Kencing yang dikumpulkan dijual sebagai bahan untuk bisnis, bengkel, dan penyamakan kulit, yang kemudian dikenakan pajak untuk itu," terusnya.
Mohir Kumar menyebut bahwa di Roma kuno, bejana untuk mengumpulkan urin adalah hal yang biasa terlihat di jalan-jalan—orang yang lewat akan buang air di dalamnya dan ketika tong penuh isinya dibawa ke fullonica (cucian), diencerkan dengan air dan dituangkan ke pakaian kotor.
Baca Juga: Kekaisaran Romawi Dilelang, Siapa Orang 'Beruntung' yang Membelinya?
Baca Juga: Siapa Pria Terkejam di Romawi yang Suka Melempar Budak ke Kolam Belut?
Baca Juga: Tujuh Fakta Unik Bangsa Celtic: Pemburu Kepala hingga Prajurit Wanita
Baca Juga: Carnivalesque, Ritual Pemakaman Romawi yang Penuh Kegembiraan dan Tawa
Ia menulis fakta tersebut kepada Smithsonian Magazine dalam artikelnya yang berjudul From Gunpowder to Teeth Whitener: The Science Behind Historic Uses of Urine. Artikelnya diterbitkan pada 20 Agustus 2013.
"Urin selalu penting bagi kemajuan ilmiah dan industri, sedemikian rupa sehingga orang Romawi kuno tidak hanya menjual urin yang dikumpulkan dari urinoir umum, tetapi mereka yang memperdagangkan urin harus membayar pajak," tulis Kumar.
Meski begitu, urin tetap berguna di zaman modern ini, dimana urin juga berguna sebagai sumber tenaga listrik. Bakteri pemakan urin dapat menciptakan arus yang cukup kuat untuk menyalakan ponsel.
Simak kisah-kisah selidik sains dan gemuruh penjelajahan dari penjuru dunia yang hadir setiap bulan melalui majalah National Geographic Indonesia. Cara berlangganan via bit.ly/majalahnatgeo
Source | : | owlcation.com,Smithsonian Magazine |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR