Para rekrutan harus menyelesaikan dua puluh sembilan kilometer dalam enam jam sambil membawa beban seberat dua puluh kilogram. Pada tahap selanjutnya dari proses uji coba, mereka harus menyelesaikan tiga puluh lima kilometer.
Para rekrutan berbaris dalam segala kondisi cuaca. Mereka sering berjalan melintasi bukit karena lebih menantang untuk menjaga formasi di medan yang tidak rata.
Selain berbaris, para rekrutan diajari berbagai manuver dan formasi pertempuran. Menariknya, Legiun Romawi diajari cara berenang. Orang Romawi percaya berenang adalah latihan yang sangat baik untuk menjaga prajuritnya tetap sehat dan bugar.
Melatih keterampilan menggunakan senjata dan melawan musuh
Para rekrutan harus berlatih dua kali sehari. Pelatihan dilakukan di luar ruangan. Para instruktur senjata mengajarkan rekrutan pertempuran satu lawan satu, lempar lembing, manuver, dan formasi pertempuran. Mereka menggunakan pedang kayu dan perisai anyaman. Semua perlengkapan yang digunakan selama latihan beratnya dua kali lipat dari aslinya. Tentu saja ini untuk melatih kekuatan dan daya tahan para calon prajurit.
Para rekrutan dilatih untuk menusuk dan tidak menebas dengan pedang mereka. Penusukan jauh lebih efisien karena hanya luka sedalam lima sentimeter yang bisa mematikan. Di sisi lain, menebas jarang membunuh musuh karena baju besi dan tulang menangkis pukulan itu.
Mendorong memungkinkan Legiun untuk tetap tersembunyi di balik perisai besar mereka. Strategi ini juga menghemat energi sehingga mereka bisa bertarung selama berjam-jam.
Calon prajurit ini juga belajar cara melempar lembing dan cara menunggang kuda dengan peralatan lengkap.
Menariknya, setiap Legiun dilatih menggunakan sling. Sekitar dua puluh lima persen dari semua Legiun menerima pelatihan memanah.
Ketika legiun Romawi berada di wilayah musuh, sangat penting untuk membangun kamp militer untuk perlindungan. “Terutama ketika mereka beristirahat di malam hari,” ujar Preskar. Maka sekop menjadi bagian dari perlengkapan standar Legiun Romawi.
Source | : | History of Yesterday |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR