Nationalgeographic.co.id—Sebuah kabar mengejutkan datang dari dunia hewan. Kabar itu disampaikan oleh para ilmuwan yang membantu penyu di sepanjang garis pantai Florida di Amerika Serikat.
Berdasarkan pengalaman mereka, selama empat tahun terakhir, mereka tidak menemukan bayi penyu jantan di sana. Fenomena ini diyakini penuh sebagai dampak dari perubaan ikilim.
Penyu, hewan yang penentuan jenis kelaminnya bergantung pada suhu (suhu telur yang sedang berkembang menentukan jenis kelaminnya) telah berada di bawah tekanan ekstrem dari gelombang panas yang intens. Penemuan mengenai nihilnya bayi penyu jantan di Florida dalam empat tahun terakhir tersebut telah menambah bukti yang semakin kuat bahwa perubahan iklim berdampak pada satwa liar di seluruh dunia.
Selama empat tahun terakhir memang telah terjadi rekor musim panas Florida yang terpanas. Kondisi ini tentu saja meningkatkan suhu pasir yang menentukan jenis kelamin telur penyu yang menetas di sarang kecil di sepanjang pantai wilayah tersebut.
Dikutip dari IFLScience, kondisi suhu pasir hingga 27,7°C akan menghasilkan jantan sedangkan suhu melebihi 31°C akan menghasilkan betina. Kini, suhu 27,7°C di pantai lebih seperti mimpi indah yang sulit ditemukan.
Para peneliti yang menyoroti masalah penetasan penyu ini berbasis di klinik rehabilitasi Rumah Sakit Penyu di Florida. Namun, mereka juga memberikan gambaran suram tentang populasi kura-kura di AS bagian timur. Jadi, masalah ini jauh lebih luas.
Peringatan dari para ilmuwan tentang masalah keragaman jenis kelamin yang berkembang karena iklim yang memanas telah terdengar selama bertahun-tahun. Sebuah artikel National Geographic pada tahun 2019 telah mengabarkan peristiwa semacam itu yang terjadi pada penyu-penyu di Pulau Raine, Australia.
Pulau Raine adalah tempat bertelur penyu hijau terbesar dan terpenting di Samudra Pasifik. Camryn Allen, seorang ilmuwan dari National Oceanic and Atmospheric Administration di Hawaii, menyadari betapa seriusnya kondisi pasir di sana.
Suhu pasir di Pulau Raine telah meningkat begitu banyak. Allen dan tim ilmuwan melaporkan bahwa bayi-bayi penyu betina di sana melebihi jumlah jantan dengan rasio hingga 116 banding 1.
"Saya tidak dapat menyangkalnya: melihat hasil itu membuat saya takut," kata Allen, seperti diberitakan National Geographic.
Baca Juga: Hari Penyu Sedunia: Hal-Hal yang Mungkin Belum Anda Tahu soal Penyu
Baca Juga: Dunia Hewan: Ada Jejak Makhluk Purba di Balik Mata Paus Modern
Baca Juga: Dunia Hewan: Jejaring Sosial Unik di Antara Monyet Capuchin Betina
Kehidupan penyu sudah cukup sulit dengan sendirinya, dan manusia yang mengeluarkan banyak emisi sudah membuat kehidupan penyu semakin sulit dengan memperburuk efek perubahan iklim. Kondisi penyu di Australia dan Florida itu adalah beberapa temuan yang paling mengkhawatirkan hingga saat ini.
"Selama bertahun-tahun, Anda akan melihat penurunan tajam dalam populasi mereka karena kita tidak memiliki keragaman genetik," ujar Melissa Rosales Rodriguez, seorang pemelihara penyu, seperti diberitakan Reuters.
"Kami tidak memiliki rasio jantan-betina yang dibutuhkan untuk dapat memiliki sesi pembiakan yang sukses."
Para peneliti menyatakan bahwa lebih banyak upaya akan diperlukan di seluruh garis pantai Florida untuk membantu menyelamatkan penyu. Jika iklim terus berlanjut pada tingkat ini, penyu akan membutuhkan intervensi terus menerus untuk mencegah hampir seluruh populasinya menjadi betina, yang akan menghancurkan jumlah mereka di masa depan.
Source | : | Reuters,IFLScience.com,National Geographic |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR