Nationalgeographic.co.id—Krisis iklim yang kita hadapi membuat produksi pangan global makin terancam. Bencana seperti banjir, kekeringan, dan gelombang panas yang ekstrem menjadi penghambat tanaman. Tak sedikit para petani rugi besar karena gagal panen yang disebabkan bencana-bencana itu.
Para ilmuwan pun harus mengakali bagaimana tanaman bisa mampu beradaptasi dengan krisis iklim. Penelitian terbaru membuka cara dengan membuat sirkuit genetika sintetis, sebelum pada akhirnya umat manusia diambang kelaparan global.
"Sirkuit genetik sintetis kami akan memungkinkan kita untuk membangun sistem akar yang sangat spesifik atau struktur daun yang spesifik untuk melihat apa yang optimal untuk kondisi lingkungan yang menantang yang kita tahu akan datang," kata Jennifer Brophy, penulis utama makalah yang merupakan asisten profesor bioteknologi di Stanford University, AS.
"Kami membuat rekayasa tanaman jauh lebih cepat," lanjutnya, dikutip dari laman kabar Stanford University. Dia dan rekan-rekannya melaporkan penelitiannya di jurnal Science, 11 Agustus 2022. Makalah itu bertajuk Synthetic genetic circuits as a means of reprogramming plant roots.
Borphy dan tim merancang cara agar tanaman bisa tumbuh lebih efisien dan efektif. Rancangan itu dilakukan lewat serangkaian sirkuit genetik sintetis untuk mengontrol keputusan yang dibuat oleh berbagai jenis sel tumbuhan.
Cara ini membuat rancangan tanaman jadi lebih mampu mengumpulkan air dan nutrisi dari tanah. Hal ini menyediakan kerangka kerja tumbuhan untuk dirancang, diuji, dan sirkuit genetika sintetisnya ditingkatkan untuk diterapkan pada tanaman lainnya.
Baca Juga: Harapan untuk Pangan: Fotosintesis Buatan Tanpa Sinar Cahaya Matahari
Baca Juga: Berkah di Balik Limbah: Pengawetan Buah-buahan Lewat Kitosan
Mendesak Pengesahan RUU Masyarakat Adat yang Menjadi Benteng Terakhir Upaya Konservasi
Source | : | Science,Eurekalert |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR